JAKARTA - Wakil Menteri perdagangan Mahendra Siregar menerangkan bahwa hingga saat ini Pemerintah belum menemukan kesepakatan di dalam kerjasama Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Pakistan.
"Kedua negara belum menemukan kata sepakat, terutama dalam menentukan produk apa saja yang ditawarkan dan dapat diterima oleh masing-masing kedua negara," ujar Mahendra di Gedung Kementerian Perdagangan RI, Jakarta, Selasa (9/2).
Menurutnya, jika proses kesepakatan ini semakin lama dan tak kunjung menemukan kecerahan, maka Indonesia berpotensi akan kehilangan nilai ekspor senilai US$ 700 juta per tahun"Produk utama kita yang ditawarkan ke Pakistan tetap Crude Palm Oil (CPO), mengingat Pakistan merupakan pasar yang cukup besar," jelasnya.
Mahendra mengatakan, dalam menangani masalah kesepakatan ini memang membutuhkan waktu yang cukup lama terlebih untuk mendorong ekspor Indonesia ke negara-negara di Timur Tengah.
"Waktu yang dibutuhkan bukan hanya satu atau dua tahun saja
BACA JUGA: Perluasan Lahan Tebu di 6 Daerah
Kita harus berupaya untuk mendongkrak angka ekspor dengan melakukan kampanye"Tetapi selain CPO, kita juga akan berusaha untuk dapat mengirimkan jasa konstruksi, di mana kebutuhan jasa konstruksi di beberapa negara di Timur Tengah meningkat, khususnya perbaikan infrastruktur di Irak," paparnya
BACA JUGA: Gerakan Tanam Kakao di 9 Provinsi
BACA JUGA: Merpati Kembali ke Habitat
(cha/jpnn)BACA ARTIKEL LAINNYA... Daerah Sentra Produk Unggulan Diprioritaskan
Redaktur : Tim Redaksi