RI Jadikan Hong Kong Pintu Masuk RRC

Rabu, 24 Maret 2010 – 15:51 WIB

JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) RI Mari Elka Pangestu menerima kunjungan kehormatan dari Financial Secretary Hong Kong, John Tsang, di kantor Kementerian Perdagangan, Rabu (24/3)Kunjungan ini bertujuan untuk membahas hubungan kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Hong Kong, termasuk membicarakan pasar potensial dari ekonomi regional dan global serta strategi dalam mempertahankan dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi, terutama karena posisi strategis Hong Kong sebagi pintu masuk RRC.

"Kami membahas mengenai masalah pembiayaan ekspor (trade financing) mengingat pemerintah Hong Kong telah menerapkan kebijakan khusus selama krisis global untuk mendorong perdagangan dan ekonominya," ungkap Mendag di kantornya.

Sebagai Special Administrative Region (SAR) dari RRC, Mendag mengatakan, Hong Kong dikenal sebagai kota dagang dan niaga dengan sistem ekonomi paling bebas di dunia

BACA JUGA: Menkeu Ikutan Bentuk Tim

Oleh karena itu, Hong Kong sangat berorientasi pada sektor jasa di mana kontribusi untuk sektor ini sebesar 90 persen dari PDB Hong Kong
Kebijakan ekonomi Hong Kong diarahkan pada mempertahankan posisi Hong Kong dari para pesaing utamanya seperti Singapura dan Shanghai, serta mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi RRC yang sangat pesat dalam 5 tahun terakhir.

Sekadar diketahui, ekspor Indonesia ke Hong Kong terdiri atas komoditi yang berasal dari sumber daya alam dan manufaktur

BACA JUGA: Pajak Pengaruhi Defisit APBN 2010

Untuk komoditi ekspor manufaktur Indonesia ke Hong Kong antara lain, benang tenun, kain tekstil dan hasilnya, olahan bahan plastik, pakaian dan perangkatnya, sepatu dan alas kaki
Sedangkan ekspor Indonesia yang berasal dari sumber daya alam antara lain ikan, kerang-kerangan, moluska dan olahan; kopi, teh, coklat dan rempah-rempah, kertas, kertas koran dan olahannya, logam tidak mengandung besi serta biji logam.

Sedangkan produk asal Indonesia yang diekspor ulang (re-ekspor) ke Hong Kong adalah mesin listrik dan perangkatnya; telekomunikasi dan perekam suara; benang tenun, kain tekstil dan hasilnya, mesin perkantoran, hasil manufaktur lain, pakaian dan perangkatnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia aktif mengikuti berbagai kegiatan pameran perdagangan yang diadakan di Hong Kong

BACA JUGA: Pupuk Bersubsidi Dijamin Aman

Pada tahun 2005, Indonesia mengikuti 3 (tiga) pameran di bidang tekstil, makanan dan industri lainnyaNamun sejak krisis keuangan global partisipasi sedikit menurun.  Ke depan, Indonesia akan mengaktifkan kembali kerjasama kedua pihak, utamanya di bidang promosi perdagangan.

"Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat Hong Kong terhadap keamanan dan kesehatan produk makanan, telah membuka peluang yang besar bagi makanan organikKecenderungan ini telah mulai dilirik industri dan pedagang produk makanan Indonesia untuk meningkatkan pemasaran makanan organik yang cukup potensial di Hong Kong," kata Mendag.

Neraca perdagangan Indonesia-Hong Kong selama lima tahun terakhir (2004-2008) selalu menunjukkan posisi surplus bagi IndonesiaPada tahun 2008, Indonesia memang mengalami defisit sebesar USD 558 juta atau turun sebesar 144,9 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya yaitu USD 1,2 miliar sehubungan dengan perekonomian Hong Kong dan dunia yang lesu akibat krisis keuangan globalSedangkan pada tahun 2009, Indonesia kembali mengalami surplus sebesar USD 413,7 juta atau naik 174,03 persen bila dibandingkan dengan periode yang tahun 2008.

Selain itu, realisasi investasi Hong Kong di Indonesia selama beberapa tahun terakhir yaitu, tahun 2005 sebanyak 14 proyek dengan nilai USD 396 juta; tahun 2006 sebanyak 15 proyek senilai USD 187,9 juta, tahun 2007 sebanyak 14 proyek senilai USD 156,7 juta, serta tahun 2008 sebanyak 18 proyek senilai USD 120,2 juta(cha/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... RI Tawarkan Investasi ke Korea


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler