RI Mampu Swasembada Garam Konsumsi, Tetapi untuk Industri Masih Butuh Waktu

Jumat, 04 Desember 2020 – 21:21 WIB
Tambak Garam. Foto: dok jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Rencana Indonesia untuk swasembada garam sepertinya tak mudah direaliasikan, karena kebutuhan terhadap komoditas tersebut terus meningkat.

Kebutuhan garam nasional tahun 2020 sebesar 4,6 juta ton, dan diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri pengguna seperti industri kimia, aneka pangan dan lainnya.

BACA JUGA: Korban Bertemu Pelaku Jambret di Ruang Penyidik, Ini yang Terjadi Selanjutnya

Sementara produksi garam dalam negeri masih fluktuatif sangat bergantung pada musim.

Deputi Bidang Sumber Daya Maritim Kemenko Marves, Safri Burhanuddin, mengatakan hampir kebanyakan garam yang dihasilkan oleh rakyat memiliki kadar NaCl di bawah 92 persen, sedangkan yang dibutuhkan oleh industri garam dengan kualitas NaCl di atas 97 persen.

BACA JUGA: Dooor! AR Ditembak Mati, Tak Ada Ampun

“Untuk memenuhi kebutuhan garam industri kita masih butuh waktu, namun untuk konsumsi kita sudah selesai lakukan. Kita lihat lahan garam saat ini 22.831 Ha, dan ditargetkan menjadi 30 ribu hektar lewat program ekstensifikasi. Itu pun baru akan menghasilkan 3 juta ton, jika dihitung rata-rata produktivitas 100 ton per hektar (cuaca normal),” kata Safri Safri dalam webinar “Mampukah Indonesia Swasembada Garam” yang diadakan Forum Diskusi Ekonomi Politik (FDEP), Kamis, (3/12/2020).

Namun demikian, kata Safri, peningkatkan kuantitas produksi garam industri nasional akan terus dilakukan melalui pembuatan lahan baru dan program, strategis laiinya.

BACA JUGA: Pemerintah Diminta Segera Stabilkan Harga Garam Konsumsi

Menko Marves akan fokus mengawal ekstentifikasi lahan garam di NTT dan NTB, seperti d wilayah Teluk Kupang, Malaka, Nagekeo, dan Sumbawa.

Pemerintah juga akan membangun pabrik pengolah garam dan Pembangunan Pabrik Garam Tanpa Lahan (PLTU). PLTU tersebut diharapkan akan mampu memproduksi garam industri sekitar 100.000 ton per tahun, dimana pembangunan pilot plant akan dimulai pada tahun 2021.

Investasi Garam

Keterlibatan pelaku usaha swasta sangat dibutuhkan untuk membangun industri pergaraman nasional. Masuknya swasta akan membawa masuknya teknologi pembuatan garam.

Akan tetapi para investor yang telah menanamkan modalnya untuk memproduksi komoditi ini juga menhadapi banyak kendala. Seperti perizinan lahan dan infrstruktur pendukung.

Ketua Asosiasi Industri Pengguia Garam Indonesia (AIPGI), Toni Tanduk, mengatakan bahwa investasi garam membutuhkan dukungan dari pemerintah, di antaranya mengenai kemudahan perizinan dan infrastruktur seperti jalan atau pelabuhan.

Di negera lain seperti India, infrastruktur jalan dibangun hingga ke ladang garam. Sementara di indonesia jalan di ladang garam hanya bisa dilewati sepeda.

“Saya ikut mendampingi pengembangan indsutri garam di Malaka NTT oleh PT IDK,. Soal perizinan lahan ini memang masih menjadi masalah yang perlu diselesaikan pemerintah. Begitu juga dengan jalan dan pelabuhan. Di Teluk Malaka itu berdekatan dengan lautanm hindia, jadi membutuhkan kapal pengangkut garam yang sangat besar,”jelasnya.

Sementara, pengamat ekonomi Faisal Basri meyakini investor dalam negeri mampu menanamkan investasinya di sektor penggaraman, tanpa perlu dari luar. Garam dinilai sangat strategis meski belum mendapat perhatian serius dari pemerintah.

BACA JUGA: Maling Masuk Saat Mbak Nyimas Rita Tertidur Pulas, Terjadi Aksi Tak Terpuji

“Garam begitu penting bagi kehidupan, tetapi masih dilihat kecil oleh pemerintah. Wajar jika tidak ada proyek strategis nasional yang mengarah kesana. Yang dibangun jalan tol, bukan jalan ke sentra-sentra pabrik garam,” ungkapnya.(dkk/jpnn)


Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler