RI Ranking Lima Asia Timur

Selasa, 08 Oktober 2013 – 09:56 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Bukan hanya Indonesia yang pertumbuhan ekonominya diprediksi melambat. Bank Dunia juga menilai mayoritas negara berkembang terutama di Asia Timur termasuk Tiongkok masih akan lesu sampai 2014. Meski begitu, Indonesia bisa bertengger di urutan lima pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia Timur.

Ekonom Senior Bank Dunia Ashley Taylor memaparkan, proyeksi pertumbuhan di negara berkembang Asia Timur rata-rata pada 2013 sebesar 7,1 persen. Angka itu kemudian naik menjadi 7,2 persen pada 2014 dan stagnan atau tetap 7,2 persen pada 2015. Khusus untuk kawasan ASEAN, secara rata-rata pertumbuhan ekonomi diproyeksikan 5,1 persen pada 2013; 5,1 persen pada 2014; dan 5,4 persen pada 2015.

BACA JUGA: Realisasi Hasil Mediasi BRI, Disnakertrans Perlu Dilibatkan

Jika dibandingkan dengan rata-rata negara ASEAN, pertumbuhan Indonesia diprediksi di atas rata-rata. Namun jika dibandingkan negara berkembang di Asia Timur, pertumbuhan Indonesia berada di bawah rata-rata. Angkanya masih kalah dibandingkan Laos, Tiongkok, Kamboja, dan Filipina.

Secara umum, lanjut dia, kawasan ASEAN dan Asia Timur masih melemah sampai 2014 dan mulai bangkit pada 2015. Pelemahan yang terjadi merupakan rentetan dari kondisi yang terjadi sejak 2012 dan Indonesia ikut merasakannya. Khusus di Indonesia, penyebabnya adalah melambatnya investasi, penurunan harga komoditas global, dan pertumbuhan ekspor tidak sesuai ekspektasi.

BACA JUGA: Studi Kilang Minyak, Pertamina Gandeng UOP

"Sampai tahun depan kami melihat kredit perbankan masih turun sehingga memengaruhi investasi. Bisa menghambat laju ekonomi," sebutnya dalam pemaparan ekonomi kawasan Asia Timur di kantor Bank Dunia, Jakarta, kemarin.

Titik cerah terlihat mulai 2015 dengan mempertimbangkan keyakinan pertumbuhan ekonomi global. Imbas harga komoditas kembali naik, Indonesia menjadi salah satu negara yang akan menikmati keuntungan itu. "Saya kira kinerja ekspor Indonesia akan kembali meningkat," ucapnya.

BACA JUGA: Menteri PU Dukung Gagasan Tol di Atas Laut Jakarta-Surabaya

Dalam jangka pendek, pihaknya menyarankan pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi yang berkepastian hukum. Terutama regulasi tentang investasi yang lebih transparan. Indonesia juga diminta tidak melupakan investasi bidang infrastruktur termasuk membuat investasi publik lebih efisien melalui pemilihan proyek yang lebih baik, pendanaan inovatif, dan implementasi yang efektif.

Wakil Presiden Bank Dunia Asia Timur dan Asia Pasifik Axel Van Trotsenburg menambahkan, pergerakan ekonomi di Asia Pasifik menjadi perhatian dunia. "Asia Timur-Asia Pasifik terus menjadi penggerak perekonomian global, menyumbang 40 persen dari pertumbuhan PDB global. Lebih besar dari kawasan lain manapun," ungkapnya.

Dengan peningkatan pertumbuhan global secara keseluruhan, kini saatnya bagi negara-negara berkembang untuk menerapkan reformasi structural. Selain itu, membikin kebijakan untuk mempertahankan pertumbuhan, mengurangi kemiskinan, serta meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin dan rentan.

Tiongkok menjadi salah satu negara yang paling disorot sebagai penggerak utama kawasan ini. Sesuai target resmi, pertumbuhan ekonomi Negeri Panda itu tahun ini diproyeksikan 7,5 persen. Pandangan jangka pendek terlihat membaik karena data produksi industri memperlihatkan hasil menguat pada kuartal ketiga 2013.

Pada 2014, angkanya diproyeksi naik menjadi 7,7 persen namun ada risiko terkait restrukturisasi perekonomian Tiongkok akibat melambatnya investasi melebihi perkiraan dan bisa berdampak buruk bagi kawasan. Tanpa mengikutsertakan Tiongkok, kawasan ini diharapkan tumbuh 5,2 persen pada 2013 dan 5,3 persen pada 2014. (gen/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penumpang Keluhkan Tas Hilang di Kabin Lion Air


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler