Riau dan NTT Jadi Target Utama Pengembangan Sertifikasi

Sabtu, 04 Februari 2017 – 23:47 WIB
Siswa SMU. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Sebanyak 12 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Energi Terbarukan dirintis oleh Peka Energi dan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (P4TK,BMTI).

Rintisan 12 SMK ET ini untuk menjawab kebutuhan tenaga kerja lulusan SMK untuk megaproyek 35 ribu megawatt.

BACA JUGA: Kemendikbud Siap Bangun 100 SMK TET

Menurut Iman Permana, widyaiswara (pelatih) ‎P4TK,BMTI, kebutuhan lulusan SMK ada 11 ribuan. Dari lulusan SMK ET ini diharapkan bisa memenuhi sekitar 7000-an tenaga kerja bidang operator maupun teknisi ET.

Saat ini, Peka Energi dan P4TK BMTI bekerja sama dengan 12 SMK melatih 155 guru SMK tentang Teknik Energi Terbarukan (TET) untuk emppat sumber energi yaitu, surya, angin, hidro dan biomassa.

BACA JUGA: 28 Guru Bahasa Indonesia akan Disebar ke 6 Negara

"Program ini akan menghasilkan lebih dari 200 lulusan sebagai calon operator/teknisi energi terbarukan yang kompeten dan siap memasuki pasar kerja TET," ungkap Iman, Sabtu (4/2).

Ke-12 SMK TET itu adalah: SMKN 1 Lingsar, SMKN 2 Kuripan, SMKN 1 Kuripan yang terletak di Kabupaten Lombok Barat. SMKN Bayan, SMK Al-Bayan, SMKN 1 Tanjung di Kabupaten Lombok Utara SMKN 1 Pringgabaya, SMKN 1 Sakra di Kabupaten Lombok Timur, SMKN 1 Kupang, SMKN 1 Batukliang Utara, dan SMKN 2 Praya Tengah di Kabupaten Lombok Tengah dan SMKN 3 di Kota Mataram.

BACA JUGA: Formasi Sekolah Ikatan Dinas Diperbesar

"‎Riau dan NTT akan jadi sasaran utama pengembangan sertikasi energi terbarukan.‎ Ini karena dua wilayah tersebut, sumber energi terbarukannya sangat besar sehingga tenaga kerja perlu disertifikasi ‎dan tidak perlu mendatangkan tenaga kerja dari luar," ujarnya.

Dijelaskan Iman, pelatihan dan sertifikasi tidak hanya fokus kepada siswa dan guru. Masyarakat sekitar yang tertarik dengan energi terbarukan akan dilatih serta disertifikasi sehingga siap masuk ke dunia usaha dan industri terbarukan.

Sementara itu ‎Marthen K Pattiung, Kepala P4TK, BMTI mengatakan, tenaga kerja SMK TET akan menghadapi tantangan-tantangan seperti tidak segera terserapnya lulusan SMK dunia usaha dan industri, tenaga kependidikan yang kurang memadai untuk SMK yang membuka program TET.

"Kondisi sekarang yang teridentifikasi, banyak lulusan SMK kurang memiliki kemampuan logika yang kuat dan berpikir terstuktur sehingga kurang diminati dunia usaha dan industri. Juga kurang mempunyai ketrampilan manajemen dan wawasan kewirausahaan terbatas. Ini yang menjadi sasaran kami mempertemukan pemerintah, dunia usaha dan industri untuk mengatasi masalah tersebut," bebernya.

Iman mengatakan, skema tarif feed-in pemerintah yang murah bisa menyebabkan pasar tenaga kerja energi terbarukan menjadi tenaga kerja yang kurang kompetitif.

Itu sebabnya pemerintah provinsi yang memiliki kewenangan pengelolaan SMK, perlu dilibatkan dalam mengelola supply and demand tenaga kerja TET ini. ‎(esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemendikbud Bangun 11 SLB Baru Tahun Ini


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler