Yang menarik adalah, kehadiran para pendemo dalam jumlah yang demikian banyak tersebut, adalah juga berkat "bantuan" fasilitas teknologi internet, khususnya lewat jaringan sosial online macam Facebook dan Twitter, serta via SMS
BACA JUGA: Fujimori Divonis 25 Tahun Penjara
Hal sama yang belakangan juga telah berkembang di sejumlah negara Eropa Timur lain (contohnya seperti protes di Ukraina tahun 2004 dan Belarusia 2006, Red), dalam kaitan dengan ekspresi politik kaum muda.Hingga Selasa malam, seperti diberitakan New York Times (NYT), Rabu (8/4), sejumlah bangunan dan fasilitas pemerintah rusak parah akibat aksi protes berbuntut kekerasan itu
BACA JUGA: Masuk Masjid, Obama Serukan Perdamaian
Namun polisi anti huru-hara mengaku pada Rabu pagi sudah mulai bisa mengendalikan situasi dan menguasai lagi kantor-kantor yang sempat diduduki pendemo.Setelah ratusan account memenuhi internet via Twitter, dalam rangka pelaksanaan demo tersebut, layanan internet di ibukota Chisinau kemudian diputus pemerintah
BACA JUGA: Schindlers List Ditemukan di Sydney
Bahkan Presiden Vladimir Voronin menyebut penyelenggara protes sebagai "kaum fasis yang diracuni oleh kebencian".Namun Mihai Fusu (48), seorang sutradara teater, yang hampir sepanjang hari berada di antara para pendemo, meyakini bahwa setidaknya kini, sebuah cadangan "energi politik" telah merasuk ke tengah-tengah publik"Moldova bagaikan tabung yang tertutup rapat, dan kaum muda menginginkan lebih banyak akses ke Eropa," katanya.
"Semua orang tahu bahwa Moldova adalah negara terkecil, termiskin dan paling memalukanDan anak-anak muda (ini) berbicara tentang bagaimana mereka menginginkan kemerdekaan, Eropa dan kehidupan yang berbeda," tambah sang simpatisan pula(ito/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Italia Diguncang Gempa, 150 Tewas
Redaktur : Tim Redaksi