jpnn.com, YANGON - Setelah Thailand, Myanmar merupakan negara dengan populasi gajah liar terbesar se-Asia Tenggara. Tapi, predikat itu tidak akan bertahan lama.
Perburuan gajah liar, khususnya yang betina, sedang marak di negara tersebut. Sepanjang 2017 ini, sedikitnya 20 gajah ditemukan tergeletak tanpa nyawa dan tanpa kulit.
BACA JUGA: Begini Komentar Ezra Walian Usai Pertandingan
World Wide Fund (WWF) menyatakan bahwa perburuan gajah liar itu akan membuat sekitar 1.400 sampai 2.000 mamalia darat di Myanmar tersebut punah.
”Para pemburu liar menarget gajah betina dan anak-anaknya untuk diambil kulitnya,” kata Rohit Singh, aparat penegak hukum khusus satwa, kemarin (5/6).
BACA JUGA: Ini Rupanya Alasan Pencetak Gol Diganti
Menurut dia, para pemburu menggunakan panah beracun untuk membunuh gajah-gajah incarannya.
Setelah gajah-gajah tersebut tidak bernyawa, para pemburu langsung mengulitinya. Sebab, kulit mamalia darat terbesar itulah yang mereka buru untuk kemudian dijual ke luar negeri.
BACA JUGA: Milla: Saya yang Tanggung Jawab
Kulit gajah tersebut, kabarnya, diolah menjadi serum kecantikan dan obat penyakit kulit. Gajah juga menjadi target buruan karena gadingnya.
Sejauh ini, konsumen terbesar organ gajah di pasar gelap adalah Tiongkok. Di sana, daging gajah bahkan diolah menjadi masakan eksotis dengan harga fantastis. Singh yakin para pemburu gajah itu terlibat dalam sindikasi internasional.
”Jika tren ini berlanjut, dalam waktu 1–2 tahun tidak akan ada gajah liar lagi di sini,” ujar Singh. (AFP/hep/c6/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ya, Luis Milla Akui Myanmar Lebih Bagus
Redaktur : Tim Redaksi