Ribuan Jiwa jadi Korban Perang Mimika, 4 Tewas, 15 Luka Panah

Minggu, 14 Agustus 2016 – 05:08 WIB
Sekretaris Dinas Sosial Mimika, Nius Wenda. Foto: dok/Radar Timika

jpnn.com - TIMIKA - Perang di Kwamki Narama, Mimika telah memakan korban. Dari data Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Mimika, Papua tercatat, sekitar 1.500 jiwa dari 600 lebih kepala keluarga di wilayah Jile Yile, Kampung Tunas Matoa dan Kampung Bintang Lima, menjadi korban.

Sekretaris Dinsos Mimika, Nius Wenda, mengatakan jumlah korban tersebut termasuk yang mengungsi ke Sentani, Jayapura sekitar 300 KK. Sedangkan sekitar 200-an KK masih berada di tempat pengungsian di Kampung Karang Senang (SP 3). 

BACA JUGA: NasDem sudah Pasrahkan Pemilihan Calon Wagub Kepri ke Demokrat

“Ada sejumlah pengungsi korban konflik sementara dibantu untuk tinggal bersama keluarga mereka. Pengungsian ini kan sifatnya sementara, tidak bisa berlama-lama. Karena dampaknya nanti mereka sakit di situ,” kata Wenda, seperti dikutip JPNN dari Radar Timika, Sabtu (13/8) kemarin. 

Wenda belum bisa memprediksi total kerugian materil yang dialami warga di dua kampung. Namun dipastikan ada empat korban meninggal dunia, dan sekitar 15 orang luka-luka terkena panah. 

BACA JUGA: Selain Bedah Rumah Warga, Pemkot Pangkalpinang Juga Sediakan Mobil Anti-Galau

“Kami sudah ambil data korban maupun kerugian, untuk nantinya disinkronkan dengan data yang dimiliki pihak lain seperti kepolisian maupun kerukunan,” ujarnya. 

Wenda menjelaskan, pada saat peristiwa penyerangan pertama di dua kampung wilayah Jile Yale mengakibatkan ratusan rumah dibakar. Penyerangan kedua, dimana seluruh harta benda dijarah hingga ternak babi mereka dipotong. 

BACA JUGA: Setelah Amerika, Kini Giliran Kapal Perang Singapura Sambangi Surabaya

“Ini kami lihat bisa saja kerugian melebihi dari data yang sudah tercacat. Karena memang terjadi dua kali penyerangan di sana. Termasuk barang-barang yang tersisa semua dijarah,” ungkapnya. 

Pemkab Mimika melalui Dinas Sosial saat ini terus mengawasi kebutuhan para pengungsi. Apalagi, Wenda yang kebetulan tinggal bersama beberapa pengungsi yang juga ditampung sementara. “Pelayanan setiap SKPD kami koordinasi secara baik. Kami ada bersama dengan pengungsi,” ujarnya. 

Setelah peristiwa penyerangan, pembunuhan, hingga pembakaran rumah warga di Jile Yale, ratusan anak-anak ketakutan. Sebagian dari mereka tidak lagi masuk sekolah. 

Nius Wenda mengatakan, pemerintah bersama pihak gereja berupaya melakukan pemulihan traumatik anak-anak dengan memberikan penyegaran rohani. Sedangkan untuk sekolah mereka sementara diupayakan bisa ditampung di sekitar sekolah SP 3. 

“Kami usahakan anak-anak tetap masuk sekolah. Kami sudah minta DPRD maupun Dinas Pendidikan untuk titip anak-anak ini di sekolah SP 3, baik itu TK, SD, SMP maupun SMK sambil dilakukan rehab di dalam,” katanya. (mix/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiap Minggu, TKI Dideportasi Dari Malaysia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler