jpnn.com, SURABAYA - Jumlah pengangguran di Jatim mencapai 839 ribu lebih orang. Dari angka tersebut ternyata lulusan SMA dan universitas masih cukup tinggi.
Hal itu terjadi dikarenakan masih banyak dunia pendidikan di tingkat perguruan tinggi yang tidak melakukan revitalisasi program dan minimnya keterlibatan dunia industri digital yang saat ini sedang berkembang pesat.
BACA JUGA: 2017, Jumlah Pengangguran Terus Bertambah
Setiajit, Kadisnakertrans Jatim, menyatakan tingkat pengangguran di Jatim masih didominasi masyarakat di daerah atau di pedesaan
Untuk itu, Pemprov terus berupaya melakukan sejumlah inovasi. Di antaranya padat karya produktif di pedesaan dan berbagai pembinaan kewirausahaan di pedesaan agar mampu menyerap tenaga kerja.
BACA JUGA: Transportasi Online Dibatasi, Pengangguran Meningkat
"Angka pengangguran di Jatim mencapai 839 ribu. Dari angka itu, pengangguran dengan latar belakang pendidikan tidak lulus SD atau lulus SD sebesar 1,24 persen, lulus smp 5,25 persen, lulus SMA 9,24 persen, lulus SMK 7,10 persen, lulusan diploma I,II,III sebesar 5,01 persen dan lulusan universitas 4,61 persen," paparnya.
Setiajit menuturkan, masih tingginya angka pengangguran dari lulusan perguruan tinggi dikarenakan minimnya revitalisasi dunia pendidikan di tingkat perguruan tinggi.
Ini terjadi terjadi mulai dari pengajar sampai sarana dan prasarananya, hingga program tetap seperti puluhan tahun yang lalu.
Belum ada revitalisasi program, seperti melibatkan industri digital yang saat ini berkembang pesat.
"Saat ini terjadi adalah era industrisasi digital. Untuk itu, melakukan perubahan besar-besaran di dunia pendidikan itu sebagai langkah tepat untuk menyiapkan tenaga kerja yang sesuai dengan pertumbuhan industri saat ini, seperti salah satu lompatan yang dilakukan Gubernur Jatim Soekarwo untuk pendidikan tingkat SMA dengan program double track dengan memberikan skill atau kompetensi tambahan kepada para lulusan SMA, agar menjadi lulusan yang siap kerja," ungkapnya.(end/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia