jpnn.com, JAKARTA - Rights issue dalam rangka Holding Ultra Mikro mendongkrak kapitalisasi pasar BBRI yang menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mencatat kapitalisasi pasar tertinggi sepanjang sejarah melantai pada 2003 di pasar modal (all time high).
BACA JUGA: Transformasi BRI Sejalan dengan INDI 4.0
Mengutip data Bloomberg, kapitalisasi pasar BBRI menembus Rp 638,39 triliun pada penutupan perdagangan bursa Selasa (12/10).
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan suksesnya pelaksanaan rights issue dan pergerakan positif saham BBRI merupakan apresiasi terhadap langkah strategis BRI.
BACA JUGA: Tiga Aksi Korporasi Besar BRI untuk Pertumbuhan Bekelanjutan
Dia menilai dan hal itu juga merupakan dukungan positif dari investor
“Peningkatan kapitalisasi pasar yang menembus all time high itu tak terlepas dari kejelasan visi dan strategi BRI ke depan dengan value proposition dari rights issue tersebut. Yakni penguatan ekosistem usaha ultra mikro nasional sebagai sumber pertumbuhan baru bagi perseroan,” ujarnya dalam keterangan yang diterima, Selasa (12/10).
BACA JUGA: BRI Bantu Pelaku Usaha Go Digital Lewat Shop Master Class
Menurut Sunarso, langkah tersebut merupakan komitmen BRI dalam memperkuat core competency di segmen Mikro dan UMKM secara umum.
BRI siap masuk ke segmen bisnis yang lebih kecil dari mikro atau go smaller. Namun, dengan potensi ekonomi yang besar melalui menyasar segmen ultra mikro.
Holding Ultra Mikro juga akan berkontribusi terhadap konsep-konsep pembangunan yang berdasarkan Environmental, Social, dan Governance (ESG).
BRI selaku induk Holding Ultra Mikro akan meningkatkan kapabilitas usaha di segmen tersebut, serta peningkatan literasi dan inklusi keuangan.
Hal itu melalui pemberdayaan pelaku usaha ultra mikro.
“Saya kira ini yang diapresiasi oleh investor publik dengan baik. Dan ini merupakan spirit bahwa sebenarnya struktur ataupun pilar ekonomi Indonesia memang masih mayoritas didukung oleh segmen yang kecil-kecil, terutama di UMKM, dan terutama lagi di ultra mikro yang masih banyak yang harus kita layani,” ungkap Sunarso.
Sunarso menyebut ada 58 juta usaha ultra mikro dari 65 juta usaha mikro, sedangkan usaha mikro memiliki persentase 98,67 persen dari total usaha di Indonesia.
Kendati demikian, hanya sekitar 20 juta usaha ultra mikro saja yang telah memperoleh akses pendanaan dari sumber formal seperti bank, BPR, perusahaan gadai, koperasi, maupun lembaga keuangan lainnya.
Menurut Sunarso, sekitar 12 juta usaha ultra mikro baru mendapat akses pendanaan dari sumber informal, seperti keluarga, kerabat, dan lembaga lainnya.
Masih terdapat pula sekitar 14 juta usaha ultra mikro yang belum memiliki akses pendanaan sama sekali.
Sunarso optimistis hadirnya Holding Ultra Mikro mampu menjaga pertumbuhan kredit di segmen mikro sekitar 14-15 persen per tahun.
Di mana untuk ultra mikro pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 18-19 persen per tahun.
“Saya melihat kunci daripada suksesnya rights issue ini dan bahkan menjadikan rights issue ini terbesar di Asia Tenggara, sekali lagi adalah kejelasan visi dan strategi BRI ke depan. Kami ingin create value, tidak hanya BRI sebagai bank only tetapi melalui induk, melalui holding, melalui anak-anak perusahaan,” pungkas Sunarso.
Sebelumnya kapitalisasi pasar terbesar mencapai Rp 603,06 triliun yaitu pada 20 Januari 2021.
Pencapaian ini semakin mengukuhkan perseroan menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan kapitalisasi pasar terbesar.
Seperti diketahui, BRI menyelesaikan proses rights issue dalam rangka penguatan ekosistem usaha ultra mikro nasional melalui Holding Ultra Mikro (UMi) bersama dengan PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM. (jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
BACA ARTIKEL LAINNYA... BRI Life Bayar Klaim Nasabah Rp2,1 Miliar
Redaktur & Reporter : Elvi Robia