Riset Bisa Menjadi Ujung Tombak Industri Sawit Melawan Kampanye Hitam

Jumat, 01 April 2022 – 16:55 WIB
Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII) Didiek Hadjar Goenadi dalam Webinar Penguatan Industri Kelapa Sawit Berbasis Teknologi Baru Hasil Riset. Foto: Tangkapan layar Zoom.

jpnn.com, JAKARTA - Riset dan penelitian sangat dibutuhkan dalam pengembangan industri sawit berkelanjutan. 

Selain untuk memajukan industri sawit, riset dan penelitian juga dibutuhkan untuk menepis kampanye hitam yang terjadi selama ini. 

BACA JUGA: Siswi Diperkosa 4 Pria di Perkebunan Sawit, Kementerian PPPA: Kasus Ini Sangat Memprihatinkan

“Oleh karena itu, kami menjembatani inventor inovasi sawit dan calon investor sehingga hasil riset dan inovasi dapat dikomersialisasikan serta tidak berakhir di begitu saja," kata Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII) Didiek Hadjar Goenadi dalam webinar Penguatan Industri Kelapa Sawit Berbasis Teknologi Baru Hasil Riset di Jakarta, baru-baru ini.

Menurut dia, biasanya inventor itu terhenti di Tingkat Kesiapterapan Teknologi 7 atau Technology Readiness Level (TRL) 7 dan tidak mampu ke tahap 8 dan ke-9. 

BACA JUGA: Pascasurut, Harga Minyak Sawit Moncer Lagi, Memelesat

Artinya, riset itu terhenti di atas kertas saja. 

Kendalanya, karena tidak memperoleh dukungan dana untuk bisa meningkatkan hasil riset dan inovasinya ke tingkat berikutnya yakni, TRL 8 dan TRL 9, yang sebenarnya ada di tahapan industri.

BACA JUGA: Harga Minyak Sawit Mentah Anjlok Signifikan, Jadi Sebegini

“Oleh karena itu,  mereka butuh investor atau industri untuk berinvestasi karena risetnya siap dikomersialisasi, tetapi belum sampai produk jadi," kata Didiek.

Sejauh ini, AII dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memfasilitasi 13 inventor periset Grand Riset Sawit dari berbagai lembaga riset dan perguruan tinggi untuk hilirisasi hasil penelitian. 

Mulai dari plastik dari limbah sawit, limbah kelapa sawit menjadi material nano crystal, bioenergi, hingga busa pemadam kebakaran dari minyak sawit.

"Kegiatan riset merupakan ujung tombak kemajuan industri berbasis komoditas unggulan strategis nasional seperti sawit," kata Kepala Divisi Lembaga Kemasyarakatan dan Civil Society Badan Layanan Umum (BLU) BPDPKS Aida Fitria.

Diperlukan alokasi dana riset yang mencukupi agar penguatan aktivitas riset dapat dilakukan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendukung perkembangan industri sawit berkelanjutan.

BPDPKS telah mendanai 234 kontrak perjanjian kerja sama dengan 70 lembaga penelitian dan pengembangan dengan keterlibatan 840 orang peneliti dan 346 orang mahasiswa. Hasil riset tersebut telah menghasilkan, antara lain 201 publikasi ilmiah, baik jurnal nasional dan internasional, 42 paten dan enam buku. (esy/jpnn)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler