jpnn.com, JAKARTA - Mayoritas partai politik peserta Pemilu 2019 tidak memiliki komitmen yang kokoh terhadap isu kesetaraan gender dan kekerasan seksual. Kebanyakan partai hanya manis di dokumen-dokumen resmi, seperti visi-misi, AD/ART, hingga pidato-pidato maupun pernyataan sikap para petingginya. Sementara tindakan di lapangan kerap berbanding terbalik.
"PKS misalnya, menolak pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) yang sangat penting mengingat banyak peristiwa kekerasan terhadap perempuan justru lolos dari proses hukum yang adil," kata Direktur Media & Riset Indomedia Poll, Hamzah Fansuri, Kamis (14/3).
BACA JUGA: PSI Butuh Perhatian
Berdasarkan temuan Indomedia Poll, publik menjadikan RUU PKS sebagai acuan dalam menilai komitmen parpol terhadap persoalan gender dan kekerasan seksual di Indonesia. Terbukti, penolakan PKS terhadap RUU tersebut berbuah kecaman dari publik.
BACA JUGA: PKS Tolak RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, Begini Alasannya
BACA JUGA: PSI Tegas Memperjuangkan Hak Pendidikan untuk Semua
Partai-partai berbasis Islam lainnya seperti PPP, PKB, PAN cenderung kurang tegas terkait RUU PKS. Padahal semangat RUU ini sangat islami. "Di sisi lain, banyak kasus kekerasan seksual hanya disikapi dengan kutukan yang ditangkap oleh publik tidak bermakna apa-apa," lanjut Hamzah.
Bertolak belakang dengan PKS, partai pendatang baru, PSI mendapat respons positif dari publik karena komitmen mereka mendukung RUU PKS disahkan secepatnya. Di sisi lain PSI juga menunjukkan komitmen dan konsistensinya terkait persoalan gender.
BACA JUGA: Ditanya soal PSI, Politikus PDIP: Enggak Pernah Kami Anggap
Masih menurut Hamzah, PSI juga lebih maju menawarkan kebijakan larangan poligami bagi pejabat publik dan mendukung batas usia legal untuk menikah dinaikkan menjadi 18 tahun. "Dua isu sensitif yang jarang disinggung partai lain, tapi berhasil mengedukasi publik, khususnya generasi muda mengenai mendesaknya permasalahan perempuan dan bagaimana partai semestinya peka terhadap masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat," bebernya.
BACA JUGA: Dikeroyok Partai Lama, PSI Untung Besar
Lebih lanjut dituturkannya, partai-partai yang duduk di parlemen saat ini layak diapresiasi karena memperjuangkan keterwakilan perempuan. Namun, mereka belum menjawab kebutuhan nyata persoalan gender maupun kekerasan terhadap perempuan.
Sementara, partai-partai baru seperti Garuda, Berkarya dan Perindo pun tidak bersuara lantang terkait masalah ini. Sehingga publik tidak mendengar bentuk komitmen dan konsistensi partai-partai ini. "Demikian pula terhadap partai lama seperti PBB, HANURA, dan PKPI," pungkas Hamzah.
Untuk diketahui, riset Indomedia Poll menggunakan metode analisa wacana kritis yang menekankan bahasa sebagai praktik sosial dan wacana sebagai apa yang ada di balik teks. Data yang dianalisis berbentuk teks, yang diambil dari pernyataan-pernyataan resmi partai politik dan elit-elitnya di berbagai media serta komentar publik. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Masinton Pasaribu Ibaratkan PSI seperti Odong - odong
Redaktur & Reporter : Adil