Riset Terbentur Anggaran, Ini Saran dari Mbak Puan

Senin, 25 Juli 2016 – 14:14 WIB
Presiden RI ke-3 BJ Habibie (paling kanan) dan Menko PMK Puan Maharani (tengah) saat menerima minatur pesawat tanpa awak dari Kepala BPPT, Unggul Priyanto dalam acara pembukaan Kongres Teknologi Nasional (KTN) di Jakarta, Senin (25/7). Foto: Kemenko PMK for JPNN.Com

jpnn.com - JAKARTA - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani menyatakan, penguasaan dan penerapan teknologi menjadi kunci dalam meningkatkan daya saing nasional. Sebab, teknologi punya peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Puan mengatakan hal itu saat menyampaikan kata sambutan pada pembukaan Kongres Teknologi Nasional (KTN) di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta Pusat, Senin (25/7). Acara itu juga dihadiri Presiden RI ke-3 BJ Habibie.

BACA JUGA: Soal Honorer K2, Komisi II: Kami yang Harus Terus Bergerak

“Kemampuan penguasaan teknologi sangat tergantung pada pembangunan manusia. Teknologi hadir sebagai karya inovasi yang dihasilkan oleh manusia yang berkualitas," ujar Puan.

Puan menegaskan, KTN merupakan kegiatan penting dalam rangka pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Ia pun berharap agar KTN yang berlangsung pada 25-27 Juli itu mampu menghasilkan rekomendasi tentang cara agar teknologi bisa mendukung pengembangan industri nasional dan dan meningkatan daya saing di tingkat global.

BACA JUGA: Wahai Para Kada, Tolong Naikkan Gaji Honorer K2

Meski demikian Puan mengakui bahwa alokasi APBN untuk penelitian memang masih terbatas. Padahal, UNESCO sudah merekomendasikan agar belanja riset suatu negara di atas 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) nasional.

Namun, merujuk pada data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), anggaran riset di Indonesia baru mencapai 0,09 persen dari PDB. Sedangkan negara-negara tetangga justru mampu mengalokasikan dana riset yang lebih besar.

BACA JUGA: Rohadi Bantah Disuap Anak Buah Prabowo

Misalnya, dana riset Malaysia mencapai 0,39 persen dari PDB, sedangkan Vietnam sudah di angka 1,1 persen. Singapura bahkan sudah di angka 2 persen seperti rekomendasi UNESCO.

Karenanya Puan mengatakan, alokasi anggaran riset yang terbatas di Indonesia harus digunakan secara efektif dan efisien. “Oleh karena itu pembangunan penelitian dan penerapan iptek harus memiliki prioritas dan fokus, memiliki tahapan dan target yang jelas, sehingga terhindar dari siklus riset hanya untuk riset," ujarnya.

Meski demikian Puan menegaskan, sudah ada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di bidang riset dan teknologi. Untuk itu maka fokus penelitian dan penerapan iptek di rahkan pada tujuh bidang. Yaitu pangan, energi, kesehatan dan obat, transportasi, telekomunikasi, teknologi pertahanan dan keamanan, serta material.

Hanya saja, katanya, implementasi tujuh bidang pembangunan penelitian dan penerapan iptek itu memang membutuhkan sinergi luas yang lebibatkan BPPT, kementerian atau lembaga terkait, pemerintah daerah dan pihak lainnya. “Sehingga apa yang dikerjakan oleh lembaga riset merupakan jawaban atas kebutuhan konkret yang diperlukan dalam mempercepat pembangunan yang berkualitas," jelasnya.(jpg/ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Demi Hal Terbaik Ini, 10 PNS ‎Belajar ke Korsel


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler