jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah risiko eksternal masih membayangi perekonomian Indonesia.
’’Momentum pemulihan ekonomi global terjadi di 2017. Namun, di tahun 2018, kenaikan pertumbuhan global hanya berlangsung moderat,’’ kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
BACA JUGA: Simak Nih, Cara Bu Sri Mulyani Sampaikan Selamat Idulfitri
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu menguraikan, beberapa risiko yang dapat memengaruhi ekonomi domestik adalah kebijakan proteksionisme AS dan penguatan dolar AS yang memicu pembalikan arus modal di negara berkembang.
Selain dari AS, risiko global ada seperti ketegangan geopolitik yang dipicu aksi Korea Utara dan pengucilan Qatar oleh sejumlah negara di kawasan Timur Tengah.
BACA JUGA: Ekspor Rendah, BI Koreksi Pertumbuhan Ekonomi
Kemudian, lanjut Sri, perubahan struktur ekonomi Tiongkok juga dapat memengaruhi prospek ekonomi global.
Tren pelemahan pertumbuhan di Tiongkok dan pertumbuhan ekonomi di negara maju yang belum berkesinambungan akan berdampak pada harga komoditas global dan tingkat inflasi dunia.
BACA JUGA: Shortfall Pajak Tembus Rp 50 Triliun
’’Harga komoditas kami lihat masih akan stagnan di 2018. Tingkat inflasi dunia juga diproyeksikan menurun,’’ jelasnya.
Karena itu, dalam memenuhi target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan, pemerintah merencanakan sejumlah strategi.
Untuk konsumsi, pemerintah akan berfokus dengan peningkatan daya beli, belanja sosial, dan persiapan pelaksanaan Asian Games serta pemilu.
Selain itu, pemerintah berfokus meningkatkan investasi. Di antaranya dengan pembangunan infrastruktur dasar dan proyek fisik terkait dengan pemerataan antarwilayah. (ken/c19/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mudik Dorong Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi di Daerah
Redaktur & Reporter : Ragil