RNI Siap Akuisisi Lahan Ternak

Selasa, 15 Oktober 2013 – 09:30 WIB

jpnn.com - JAKARTA - PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) tinggal selangkah lagi mengakuisisi perusahaan peternakan di Australia. Perusahaan pelat merah itu segera memutuskan perusahaan mana yang akan diambil alih dari lima kandidat yang ada.

Dengan begitu, impor 10 ribu ekor sapi per bulan tahun depan dapat terealisasi tepat waktu.

BACA JUGA: Perhutani II Cegah Ilegal Logging dengan Warung Kayu

Direktur Utama PT RNI Ismed Hasan Putro mengatakan, saat ini pihaknya sedang dalam tahap akhir proses seleksi perusahaan. Dalam tahap ini, dia bakal memutuskan perusahaan yang bakal diakuisisi diantara lima kandidat.

"Saat ini perusahaan-perusahaan itu punya lahan 25 ribu hektare hingga 500 ribu hektare. Itu bisa mengelola antara 25 ribu hingga 100 ribu ekor sapi," jelasnya kepada Jawa Pos kemarin (14/10).

BACA JUGA: 800 Ribu Pengusaha Naik Kelas

Dia menjelaskan, perusahaan sebenarnya sudah melakukan perampingan kandidatnya. Salah satunya, tak memilih perusahaan dengan lahan lebih dari 100 ribu hektare.

"Kami memang tak mau mengakuisisi perusahaan dengan lahan yang terlalu luas. Konsentrasi kami adalah menemukan perusahaan yang lingkungan yang bagus. Terutama, punya jaringan. Misalnya, perusahaan yang menjadi anggota asosiasi perusahaan ternak di Australia. Sehingga, kami bisa beli sapi dari perusahaan anggota asosiasi lainnya," tambahnya.

BACA JUGA: Triwulan III, Askrindo Raih Laba Rp 292,8 M

Dari syarat-syarat tersebut, lanjut dia, Ismed mengaku sudah menemukan perusahaan yang paling mendekati. Namun, dia belum mau menyebutkan nama perusahaan tersebut. Sebab, dia harus mengecek kondisi lapangan yang sebenarnya.

"Harus didalami lagi. Karena itu, akhir oktober ini kami kirim tim ke northern territory Australia untuk lihat kondisi lapangan. Semua perusahaan kandidat ada di wilayah tersebut," ungkapnya.

Namun, dia mengaku juga sedang menjajaki perusahaan-perusahaan peternakan di New Zealand. Di negara tersebut, dia sudah menemukan peternakan dengan kisaran lahan 5 ribu " 25 ribu hektare. Hal tersebut dilakukan jika ternyata ada tindakan pelarangan dari pemerintah Australia.

"Sebenarnya pemerintah dan peternak sapi tidak ada masalah. Hanya ada beberapa politisi saja yang protes. Tapi, kami tidak mau merespon. Kita fokus membantu pemrintah menjaga stok sapi mendatang. Kalau memang terhalang dengan politik, otomatis harus cari alternatif," terangnya.

Ketakutan yang diungkapkan oleh politisi tersebut pun juga dinilai tak berdasar. RNI pun sudah mengungkapkan bahwa komitmennya adalah fokus membeli sapi. "Fokusnya beternak sapi. Bukan menginvasi, kan ada ketakutan kalau orang Indonesia beli lahan 1 juta hektare namanya menginvasi," ujarnya.

Meski secara politik masih belum pasti, dia optimistis rencananya bisa terealisasi akhir Januari 2014. "Saya harap waktu itu  sudah bisa mengirim sapi. Targetnya adalah  10 ribu sapi per bulan. Terdiri dari seribu ekor sapi betina produktif , dua ribu ekor sapi pedet, tiga ribu ekor sapi bakalan, dan empat ribu ekor sapi siap potong," rincinya.

 Secara finansial pun Ismed mengaku sudah siap. Untuk rencana tersebut, pihaknya sudah mengalokasikan RP 350 miliar.

"Tapi saya yakin tidak sebesar itu yang terpakai kurang dari Rp 100 miliar.Karena kami hanya akuisisi 51 persen dari total saham. Nah dari proses situ, dana internal kami hanya 30 persen. Sisanya, kami sudah mendapatkan pendanaan perbankan di Australia melalui fund manager disana," tambahnya. (bil)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sering Delay, Lion Air Buat Program Jadwal Penerbangan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler