jpnn.com, JAKARTA - Direktur PT Roatex Indonesia, Gyula Orosz menyatakan bahwa penerapan uji coba transisi sistem transaksi tol nontunai nirsentuh atau Multi Lane Free Flow (MLFF) akan tetap diterapkan di Indonesia.
Sebab, teknologi dari Hungaria yang digunakan untuk penerapan MLFF telah diadaptasi untuk lingkungan Indonesia serta tetap memperhitungkan keadaan lokal.
BACA JUGA: Wow, Semua Tol di IKN Bakal Terapkan Sistem MLFF
"Proyek ini terus berjalan, dengan hubungan yang erat dengan BPJT serta pemangku kepentingan terkait lainnya. Tentu saja ada sedikit keterlambatan dalam jadwal, tetapi di satu sisi ini "normal" dalam proyek-proyek besar seperti ini," jelas Gyula dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (30/5).
Hal itu diungkapkan Gyula Orosz ini sebagai respons dari kegiatan jumpa wartawan yang dilakukan oleh Musfihin Dahlan di Jakarta.
BACA JUGA: Bayar Tol Pakai Sistem MLFF, Bagaimana Nasib Kartu E-Toll?
Gyula menegaskan Musfihin sudah tidak lagi memiliki kapasitas untuk menyampaikan informasi terkait dari proyek MLFF sejak 22 Mei 2023.
"Berdasarkan hasil keputusan rapat pemegang saham Musfihin sudah tidak lagi menjabat sebagai Direktur Utama dan CEO PT Roatex Indonesia Toll System. Jadi, Musfihin tidak lagi memiliki kapasitas untuk bicara mengatasnamakan PT Roatex Indonesia Toll System" tegasnya.
Lebih lanjut Gyula menyatakan untuk penggunaan teknologi ini telah melewati proses adaptasi dengan lingkungan dan keadaan lokal Indonesia.
“Kami mempertimbangkan kondisi lokal, tetapi itu adalah salah satu masalah di mana ada beberapa individu yang tidak mau menerima pengalaman Hongaria dalam bidang ini, dan dalam teknologi ini,” tambah Gyula.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwap PT RITS sangat tertarik untuk bekerja sama erat dengan pihak berwenang Indonesia dan kontraktor Indonesia untuk menyelesaikan proyek sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.
Selain itu, Gyula menyatakan terjadinya pergantian manajemen adalah hal yang lumrah dilakukan oleh setiap perusahaan. Dari hasil penilaian yang dilakukan, perusahaan merasa perlu melakukan penyegaran.
"Jadi sungguh hal yang normal dengan adanya pergantian direksi. Kami sejak awal sudah mencoba berkomunikasi dengan Bapak Musfihin tetapi beliau tidak menerimanya," kata dia.
"Saya percaya bahwa tidak benar jika harus membedakan antara manajemen Indonesia dan Hongaria, karena seharusnya ada manajemen tunggal dan seragam,” tutur Gyula menambahkan.
Mengenai adanya perbedaan visi, Gyula melihat semuanya justru berada dalam kondisi yang baik. Pihaknya tetap melihat kerja sama bisnis tersebut memiliki nilai strategis untuk semua pihak.
“Visinya tetap sama: untuk menyampaikan teknologi yang proven, teknologi mutakhir yang akan melayani masyarakat Indonesia, dan akan memiliki dampak positif yang signifikan pada transportasi, lingkungan, dan ekonomi,” ujarnya
Gyulo menjelaskan RITS tidak bisa memaksa untuk menerapkan sistem seperti yang diterapkan di negara lain.
Namun, tanpa modifikasi yang tepat di latar belakang legislatif saat ini pasti sistem tidak bisa bekerja.
Hal itu, kata dia, bukan solusi "plug-and-play", yang dapat dioperasikan secara mandiri, ini adalah sistem yang sangat kompleks di mana semua kaki harus dipersiapkan dengan baik.
"Pertama sistem itu sendiri; Kedua, latar belakang legislative; dan ketiga kerja sama dengan pemangku kepentingan terkait lainnya, terutama kepolisian dan operator tol,” tambah Gyula.
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul