Rob Rama Rambini, Pria Indonesia Pertama yang Berlayar Seorang Diri dari California ke Bali

Baru Meniti 185 kilo meter, Layar Robek, Nekat Berlayar

Jumat, 27 Mei 2011 – 08:08 WIB

Rob Rama Rambini telah dikukuhkan sebagai orang Indonesia pertama yang berani berlayar seorang diri dari Pantai Oakland, California, Amerika Serikat, ke BaliSelama 10 bulan 27 hari dia menempuh jarak sekitar 10 ribu nautical mile (18.520 kilometer)

BACA JUGA: Satu Sekolah Tak Lulus Unas, SMA Abadi di Jakarta Akhirnya Ditutup

Hanya karena rindu sang ibu"

AHMAD BAIDHOWI, Jakarta

UMURNYA sudah berkepala lima
Tapi, soal semangat dan keberanian, jangan ditanya

BACA JUGA: Tingkah Para Bintang Porno Asing ketika Main Film di Indonesia

Dialah Rob Rama Rambini, pelaut tangguh yang telah menorehkan sejarah dengan menjadi orang Indonesia pertama yang mengarungi ganasnya Samudera Pasifik dari California (AS) hingga ke Bali, dengan perahu layar, seorang diri

   
Berkat keberaniannya itu, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) memfasilitasi pemberian rekor Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri) untuk Rama

BACA JUGA: Tujuh Tahun Daniel Rudi Sutradarai Film Dokumenter tentang Terorisme

Pria dengan nama asli Mahindra Wahyu Pramacipta Wondowisastro itu memang sosok pengembaraHidupnya yang berpindah-pindah sejak kecil menempanya hingga berjiwa petualang

Dia lahir di Roma, 20 November 1958, saat Sartono Wondowisastro, ayahnya yang diplomat, bertugas di ItaliaMenginjak usia balita, Rama dibawa orang tuanya balik ke IndonesiaDia menghabiskan masa kecil hingga SMA di Medan dan sebagian di Jakarta

Pada 1981, Rama meninggalkan Indonesia menuju Amerika Serikat (AS)Sempat kuliah di Utah State University, Rama akhirnya memilih keluar pada tahun keduaDia kemudian berpindah ke Rusia dan beberapa negara Eropa selama dua tahunKemudian, Rama kembali dan menetap di San Francisco, California, AS"Dulu, saya memang bandel, sering tidak cocok dengan orang tua," ujarnya saat ditemui di rumah orang tuanya nan asri di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Selasa pekan lalu (17/5)

Karena itulah, sejak 1983, pria dengan ciri khas kepala pelontos ini tidak pernah lagi melakukan kontak dengan keluarga di IndonesiaKeluarga yang sempat mencarinya ke AS pun kehilangan jejak karena dia mengganti namanya menjadi Rama RambiniNamun, karena orang-orang AS sering memanggilnya dengan sebutan Rob, ditambahkanlah nama Rob di depan nama Rama Rambini

Di AS, berbagai pekerjaan pernah dilakoni RamaMulai bartender, front officer, penjaga toko, travel agent, hingga terakhir menjadi fotografer profesionalNamun, jiwa petualangnya terus bergolak

Pada 2003, keinginannya untuk berpetualang semakin membara seusai membaca buku kisah Tania Aebi, perempuan yang pada Mei 1985 - November 1987, berhasil mengelilingi dunia dengan kapal layar seorang diriSaat memulai petualangan itu, usia Tania baru 18 tahun"Kalau Tania Aebi bisa mengelilingi dunia, saya juga harus bisaApalagi, setelah 20 tahun lebih di Amerika, ada rasa boring (bosan, Red)," tekad Rama kala itu

Akhirnya, pada 2005 Rama membeli sebuah kapal layar bernama KonaItu adalah nama sebuah distrik di Hawaii atau bisa juga nama sebuah kopi campuran

Kapal berbobot 14 ton itu memiliki panjang 30 feet/kaki atau sekitar 9 meter dan lebar 9,5 feet atau sekitar 3 meter, dengan tiga tiang layar setinggi 12 meterKapal dua silinder dengan jenis motor diesel berdaya 16 PK itu hanya dilengkapi alat sederhana, seperti kompas dan GPS (global positioning system)Tidak ada peralatan canggih seperti radar maupun pembaca cuaca

Kona memang bukan kapal baru, melainkan kapal bekas yang dibuat pada 1966Berarti umurnya sudah 39 tahunKarena itu, saat dibeli Rama, harganya cukup murah, sekitar USD 10 ribu atau Rp 90 juta (dengan kurs Rp 9.000 = 1 USD)

Untuk memahami dunia pelayaran, selain dengan membaca buku, Rama mengambil kelas kursus pelayaranDia membayar USD 350 atau sekitar Rp 3,1 juta untuk ikut kursus privat dasar-dasar pelayaran dengan berlayar di Bay Area, kawasan teluk dekat San Francisco, yang terkenal dengan arus laut dan anginnya yang kencang"Kalau ikut kursus lengkap, biayanya bisa ribuan dolar (AS)Tapi, karena hanya belajar basic (dasar) saja, jadi biayanya murah," ceritanya.

Sejak memiliki kapal, Rama ingin hidup di kapal dan mengembara ke negara-negara di kawasan Amerika Selatan, terutama ArgentinaNamun, niat itu tak kunjung terlaksana karena waktu itu mentalnya belum kuat

Rama yang betah melajang ini pun terus mengasah kemampuan berlayar dan memperkuat mentalNamun, pada awal 2009 tiba-tiba ingatannya melayang ke IndonesiaSaat itu pula terbetik ide untuk pulang ke Indonesia dengan perahu layar miliknya

Rama bercerita, ide itu muncul karena teringat kejadian ketika neneknya meninggal duniaSaat itu dia masih SMA di Medan sekitar awal 1980-anDi saat terakhir neneknya, semua anaknya berada di luar negeri

"Sebelum meninggal, saya ingat betapa sedihnya nenekSaya jadi memikirkan IbuKetika muda, saya memang bandel, karena itu saya berharap bisa bertemu dan meminta maaf, mumpung masih ada waktuKarena itu, pada 2009, saya kirim postcard (kartu pos) ke Indonesia, bilang akan pulangTapi, tidak bilang kalau akan naik kapal layar," katanya.

Persiapan pun terus dimatangkanRama sempat menghubungi pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di San Francisco, mengabarkan rencana keberangkatannyaDia juga menyusun jadwal perjalanan dan mengirimkan e-mail pemberitahuan jadwal pelayaran kepada otoritas pelayaran negara yang akan dilalui, seperti AustraliaDia pun menjual barang-barangnya untuk bekal perjalanan

Rama juga mencari seorang public relation untuk mengabarkan rencana perjalanannya ke IndonesiaMelalui internet, dia menemukan Wayan Heru Young, sukarelawan di Bali, yang akhirnya menjadi public relation perjalanan California?Bali tersebut"Bukan ingin pamer, saya hanya ingin memberikan contoh semangat bagi pemuda-pemuda Indonesia untuk berprestasi di bidang pelayaran," ucapnya.

Akhirnya, petualangan itu pun dimulaiPada 8 Mei 2010, Rama beserta Kona-nya meluncur meninggalkan pantai Oakland, CaliforniaLokasi tujuan pertama adalah Hawaii

Sebagai bekal, Rama mengisi Kona dengan berbagai makanan, seperti makanan kaleng, corned beef, mi goreng, pan cake dan peanut butter, serta 100 liter air bersihTanki kapal terisi 80 liter bahan bakar solar, serta satu pak berisi sekitar 10 pasang pakaianTak lupa, laptop 14 inci dan kamera digital

Pada 13 Mei 2010, ketika beranjak 100 nautical mile atau sekitar 185,2 km (1 nautical mile = 1,852 kilometer) dari lepas pantai San Francisco, Rama sudah harus menyabung nyawaBadai dan ombak setinggi 12 meter menghajar kapalnyaLayar utama robek, railing layar rusak, dan pintu kapal copot

Saat itu ada dua opsiPertama, kembali ke Oakland untuk memperbaiki kapal dan layarKedua, melanjutkan perjalanan dengan layar seadanya ke Hawaii yang masih berjarak 2.000 nautical mile"Saya membuka kotak makananKira-kira masih cukup untuk tiga bulanAkhirnya, saya putuskan untuk terus jalan," katanya

Butuh waktu 2 bulan 7 hari untuk sampai ke HawaiiDi sana Rama membeli tiga layar bekas dan mendapat bonus satu layar, serta peralatan untuk memperbaiki layar, makanan, dan air bersihPada 3 Agustus, Kona meninggalkan Waikiki Beach, Honolulu, HawaiTujuan selanjutnya adalah Kepulauan Solomon, di Samudera PasifikSampai di Solomon, dia membeli bekal makanan dan minuman, kemudian melanjutkan perjalanan melintasi Coral Sea, perairan antara Australia dan Papua Nugini

Pada 25 Oktober 2010, Rama tiba di Port Moresby, Papua NuginiDi sana paspor Rama sempat ditahan oleh petugas imigrasiPasalnya, gambar di paspor sudah luntur terkena air lautPihak imigrasi akhirnya menghubungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI)Namun, petugas KBRI juga menyangsikan bahwa Rama adalah warga IndonesiaMaklum, sudah puluhan tahun dia hidup di AS, sehingga bahasa Indonesianya pun tidak lagi lancar

Rama tak kurang akalDia meminta petugas KBRI menghubungi keluarganya di JakartaBerbekal alamat, nomor telepon pun ditemukanSaat itulah keluarganya memastikan bahwa Rama adalah warga negara Indonesia (WNI)"Waktu itu saya berbicara dengan Ibu sayaItu adalah pembicaraan pertama saya dengan Ibu sejak 1983," katanya lirihIbunya adalah Trisutji Kamal, salah satu komposer dan pianis legendaris di IndonesiaSetelah suaminya wafat, dia menikah lagi dengan Ahmad Badawi Kamal

Pada 12 November 2010, Rama meninggalkan Port Moresby menuju Nusa TenggaraSaat memasuki perairan Australia, Rama terus dipantau oleh petugas Torres Strait Regional Authority melalui radio"Sepanjang yang saya tahu, perairan Australia ini salah satu yang paling ketat di dunia," ucapnya
   
Pada 13 Desember 2010, Rama mendarat di Tanimbar, Saumlaki, Maluku Tenggara BaratSetelah itu, sembari menunggu cuaca kondusif, dia singgah di Alor, NTB serta Flores, kemudian LombokAkhirnya, pada 3 April pukul 01.30 dini hari, Rama tiba di Marina Bay, Benoa, Bali

Tiba di Benoa, Bali, sekitar 100 orang sudah menyambutnya, termasuk Ibu dan saudaranya"Saya tak mengira akan mendapat sambutan seperti ituSaya terharu, saya menangis ketika bertemu Ibu saya," ceritanya

Itulah Rob Rama Rambini, yang seorang diri menempuh perjalanan 10.000 nautical mile (sekitar 18.520 kilometer) selama 10 bulan 27 hari, dari California ke Bali, untuk menemui sang Ibu

Di samudera, ketika sendirian, Rama sering hanya ditemani burung camar dan sesekali lumba-lumbaMembaca buku tentang pelayaran dan menjahit layar adalah aktivitasnya sehari-hariTidur hanya empat jam sehari dan hanya jika ada hujan dia mandiKini, dia ingin mengembangkan wisata pelayaran di Bali(c2/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Putu Maitri, Peraih Nilai Unas Tertinggi Nasional untuk SMA


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler