Robot bawah air (autonomous underwater vehicle) yang diluncurkan tahun 2010 lalu, kini mulai menghasilkan peta tiga dimensi dasar laut Antartika. Dengan peta 3D ini, studi mengenai dampak perubahan iklim menjadi lebih baik.

Demikian terungkap dalam laporan penelitian yang melibatkan pakar dari Australia, Inggris dan Amerika, yang dirilis pekan ini.

BACA JUGA: Pria 84 Tahun Hilang dari Kapal Pesiar di Dekat Sydney

Laporan itu menjelaskan secara terinci bagaimana robot bawah air yang diluncurkan di timur dan di barat benua Antartika tahun 2010 dan 2012, mulai menghasilkan pengukuran yang luas dan akurat mengenai lautan es di Antartika.

Menurut Dr Guy Williams yang menulis laporan ini, menjelaskan ketebalan es bervariasi mulai dari satu hingga 15 meter.

BACA JUGA: Kebiasaan Burung Lyrebird Kurangi Resiko Kebakaran Lahan

Dr Williams mengaku hasil pengukuran 3D yang dilakukan robot tersebut tidak mengejutkan. Namun ia mengaku, ini pengukuran paling akurat yang tersedia saat ini.

"Selama ini kita selalu mengira es ini sangat tebal. Namun inilah untuk pertama kalinya kita memiliki hasil pengukuran yang akurat," katanya kepada ABC.

BACA JUGA: Bermain di Ruang Terbuka dan Kotor-kotoran Menyehatkan Anak

Pengukuran ketebalan es di Antartika telah menjadi tantangan kalangan ilmuwan sejak lama. Menurut Dr Rob Massom, dari Australian Antarctic Division, para peneliti biasanya melakukan pengukuran dengan cara mengebor es.

Kini, dengan adanya robot bawah air, pengukuran ketebalan es Antartika menjadi lebih akurat.

Salah seorang peneliti Dr Tas van Ommen mengatakan, perubahan iklim bisa diukur dari ketebalan es tersebut.

"Ketebalan es merupakan indikator perubahan iklim karena dipengaruhi oleh banyak faktor seperti angin, suhu udara dan suhu air laut," jelasnya.

Dr Van Ommen mengatakan, dengan mengetahui ketebalan es, maka dampak perubahan iklim juga bisa ditelusuri.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jutaan Lalat Buah Steril Siap Dilepaskan pada 2015

Berita Terkait