Rohingya Semakin Memilukan, Di Mana Aung San Suu Kyi?

Kamis, 31 Agustus 2017 – 06:37 WIB
Aung San Suu Kyi. Foto: AFP

jpnn.com, YANGON - Aung San Suu Kyi telah mengecewakan para aktivis yang dulu mengaguminya sebagai seorang pejuang demokrasi yang tanggung. Peraih nobel perdamaian 1991 yang kini duduk di kursi empuk penasihat negara Myanmar itu dianggap mengabaikan kekerasan yang terjadi di Negara Bagian Rakhine.

’’Ketika masih menjadi oposisi, dia begitu pandai berbicara, begitu vokal. Tapi, kini, tiba-tiba kita dihadapkan dengan kebisuannya,’’ ujar Kepala Tampadipa Institute Khin Zaw Win.

BACA JUGA: Etnis Rohingya Dibantai, Indonesia Diminta Evaluasi Hubungan dengan Myanmar

Kritikan serupa dilontarkan Dr Ma Thida, novelis dan pejuang HAM yang dulu menganggap Suu Kyi sebagai mentornya. Ma Thida menegaskan, dirinya tidak berharap Suu Kyi bisa mengubah seluruh Myanmar dalam satu setengah tahun. Namun, dia berharap Suu Kyi melakukan tindakan nyata, bukannya berdiam diri seperti saat ini.

Suu Kyi memang disorot dunia karena tak pernah mengeluarkan kecaman terhadap militer yang merepresi etnis Rohingya. Sebagai pemimpin yang dipilih rakyat, dia seharusnya memiliki kuasa. Apalagi dengan label penerima nobel perdamaian yang disandangnya. Suu Kyi dianggap gagal karena lambat menangani konflik dan tak mengecam militer.

BACA JUGA: Nasib Pengungsi Rohingya: Diusir Bangladesh, Dibunuhi Penyakit

Di lapangan, situasi kian kritis. Konflik di Rakhine berlangsung kurang dari sepekan. Namun, warga etnis Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh sudah mencapai 18.445 orang. Jumlah itu tidak termasuk 4 ribu orang yang tertahan di wilayah tak berpenghuni antara perbatasan Bangladesh dan Sungai Naf.

Hal itu kemarin, Rabu (30/8), diungkapkan kelompok International Organization for Migration (IOM) yang terjun ke lapangan untuk membantu para pengungsi. Mereka pun mengungsi ke Bangladesh dalam kondisi sakit.

BACA JUGA: Ribuan Rumah Rohingya Terbakar, Militer Myanmar Tuding ARSA

Belasan orang mengalami luka tembak yang masih baru. Sebagian lainnya mengalami luka bakar. ’’Kondisi mereka sangat memprihatinkan,’’ kata Sanjukta Sahany, salah seorang relawan IOM di Cox’s Bazar, Bangladesh.

Kondisi tersebut memicu keprihatinan banyak pihak. Matthew Rycroft, duta besar Inggris untuk PBB, pada Selasa (29/8) mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB agar menggelar pertemuan. Tujuannya, membahas kondisi di Rakhine saat ini.

Pertemuan itu seharusnya terjadi kemarin. Namun, hingga berita ini diturunkan, belum ada kabar soal jadi atau tidaknya pertemuan tersebut. (Reuters/AP/AlJazeera/sha/c18/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ustaz Jazuli Menginterupsi Rapat Paripurna demi Membela Rohingya


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler