Rosita, TKI Perempuan yang Berjuang Sendiri untuk Lolos dari Hukuman Pancung

Minggu, 26 Juni 2011 – 08:08 WIB
Rosita saat diwawancarai di LSM Perempuan, Pejaten, Jakarta Selatan. Foto; Dhimas Ginanjar / JAWA POS

Jika Ruyati adalah TKI perempuan di Arab Saudi yang tewas setelah dihukum pancung, kisah yang dialami Rosita Siti Saadah ini berbedaSama-sama dituduh membunuh, Rosita justru berhasil lolos dari hukuman mati itu meski dengan berjuang sendiri

BACA JUGA: Menikah Kali Keempat dengan Gadis 18 Tahun, Wali Kota Bogor Digunjing Warga

Bagaimana kisahnya?
 
 DHIMAS GINANJAR, Jakarta

KETIKA berbincang dengan Jawa Pos, ada yang agak aneh pada diri Rosita
Perempuan 31 tahun itu selalu berusaha menyembunyikan dua tangannya di balik meja

BACA JUGA: Menikah Kali Keempat dengan Gadis 18 Tahun, Wali Kota Bogor Digunjing Warga

Dia semakin menyembunyikan tangannya ketika dilirik Jawa Pos

 
Ada apa dua tanganmu? Ketika ditanya demikian, Rosita tidak langsung menjawab

BACA JUGA: Keluarga Darsem, TKI yang Bulan Depan Ditenggat Hukuman Pancung di Arab Saudi

Tak lama berselang, dengan agak ragu-ragu, dia menunjukkan bagian punggung dua tangannya yang menyerupai bekas kerutanSeperti bekas luka bakar dan kulitnya tampak mengelupas
 
"Luka ini ada sejak saya berada di penjara," kata Rosita kepada Jawa Pos dan beberapa wartawan lain di markas LSM Solidaritas Perempuan (SP), Jalan Siaga 2, Pejanten Barat, Jakarta, Kamis lalu (23/6).  

Saat ditanya penyebab luka bakar di tangannya, Rosita terdiamSetelah menghela napas panjang, dia menceritakan bahwa luka bakar itu adalah "kenang-kenangan" ketika dia dijebloskan ke penjara Central Jail Fujairah, Uni Emirat ArabSaat itu Rosita dituduh membunuh kolega sesama TKI Lilis Suryani"Luka bakar di tangan ini terjadi karena saat di penjara itu saya bekerja untuk mafia narkoba asal Rusia," katanya

Dia lantas menceritakan asal muasal kasusnyaKisah Rosita bermula pada 15 Oktober 2009 atau empat bulan setelah dia mendarat di Fujairah, Uni Emirat Arab, untuk bekerja sebagai pembantuMalam itu dia merasa letih yang luar biasa setelah mengurus sepuluh anak majikannya, Yaser Hassan Mohamed Saif
 
Rasa lelah itu yang membuat dia tidur terlebih dahulu, meninggalkan Lilis Suryani yang masih terjagaLilis adalah teman Rosita sesama pembantu di rumah itu

Ketika sedang enak-enaknya tidur, tiba-tiba Rosita terbangun setelah mendengar teriakan LilisSaat membuka mata, Rosita melihat sosok pria tinggi sedang melonggarkan bola lampu hingga padam

Sesaat setelah suasana kamar menjadi gelap, tiba-tiba ada yang membekap mulutnyaOrang yang membekap mulut Rosita itu mengancam agar tidak berteriak jika tidak mau dibunuhSetelah orang yang mengancam itu pergi, Rosita mencoba memanggil LilisKarena tidak ada sahutan, dia merasa ada sesuatu pada temannya ituRosita memilih mencari bantuan ke kamar majikannya"Tolong, ada laki-laki masuk ke kamar," teriak Rosita saat itu sambil mengetuk pintu kamar majikannya

Anehnya, saat membuka pintu kamar, sang majikan malah menyuruh Rosita membuka pintu rumahMajikannya berkata, polisi sudah ada di depanKedatangan polisi awalnya membuat Rosita legaNamun, dia bingung bukan kepalang saat polisi tersebut malah membawanya ke rumah sakitDi sana dia diperiksa apakah telah terjadi perzinahan"Saya kaget saat di rumah sakit karena di sana baru tahu bahwa Lilis telah meninggal," tuturnya
 
Saat itu di benak Rosita banyak muncul pertanyaanMengapa Lilis meninggal? Lantas, siapa pria yang membekap mulutnya dan mengancamnya? Apakah pria itu yang membunuh Lilis? Belum mendapatkan jawaban atas beberapa pertanyaan itu, Rosita bertambah kaget ketika dirinya dijebloskan ke penjara

Di dalam penjara, polisi meminta dia mengaku telah membunuh Lilis"Tentu saja saya kagetSaya katakan bahwa saya tidak membunuh Lilis," tandasnya

Pemeriksaan berlanjut hingga mendatangkan majikan dan anak majikannya yang bernama AbdullahRosita lantas ingat, pada malam terbunuhnya Lilis, dirinya melihat Abdullah secara sepintasBegitu anak majikannya yang berusia 15 tahun itu dipulangkan, dia mulai mendapat titik terang kasus tersebut

Ibu satu anak itu menduga, pembunuhan itu muncul karena masalah cintaDia menduga, Abdullah menyukai Lilis yang seumuran dengannyaTetapi, mengapa Lilis dibunuh? Masih belum ditemukan alasannya"Yang saya yakin, dia (Abdullah, Red) terlibat pembunuhan," ucapnya

Dia lantas mengadu kepada polisi bahwa Abdullah adalah kekasihnya dan tahu pasti tentang pembunuhan ituDia terpaksa berbohong kepada polisi karena dengan cara itulah Abdullah bisa diseret ke kantor polisi lagiTernyata dugaannya benar, anak majikannya itu lantas dipanggil dan diperiksa
 
Dari pengakuan Abdullah, dua temannya yang ikut membunuh terseret jugaAkhirnya, tiga orang itu dipenjara dan menjalani persidangan hingga kini"Tapi, saya masih dipenjara karena dianggap bersekongkol," kenang perempuan kelahiran 1 Mei 1980 itu.

Nah, tiga bulan dalam penjara itulah dia berkenalan dengan mafia narkoba RusiaRosita menolak membeberkan nama mafia tersebutDia hanya menyebut orang Rusia itu adalah salah seorang penjahat yang paling disegani di antara tahanan"Dia semacam ketua di penjara ituSaya sampai ditawari kerja dengannya," ungkapnya

Pekerjaan itu tentu bukan mengedarkan narkoba di penjaraTetapi, dia diminta untuk mencuci baju orang Rusia tersebutTawaran pekerjaan itu muncul lantaran orang Rusia itu merasa kasihan melihat Rosita tidak memiliki uang"Saya diberi gaji 200 dirham (setara Rp 467 ribu) sebulan," jelasnya.

Luka bakar itu didapat karena dia kerap merendam tangannya di air yang berisi detergen dalam waktu lama dan rutinPekerjaan itu terus dilakukan selama dia dienjara sekitar 17 bulan"Tiga bulan awal saya menganggur lumayan dapat uang," tuturnya

Dia hampir kehilangan harapan ketika sudah mendekam di penjara selama setahunSudah tiga kali dia disidang atas tuduhan pembunuhanHingga akhirnya, petugas dari KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) datang ke penjara tersebut untuk melakukan pendataan rutin
 
Ketakutan luar biasa dia rasakan saat petugas KBRI mengatakan bahwa dia terancam dipancungAlasannya, Rosita menjadi satu-satunya terdakwa dalam dugaan pembunuhan LilisSeketika itu pikirannya kalut, bayangan putra dan suaminya di kampung halaman tidak bisa hilang dari ingatannya. 

Dia kecewa dengan perwakilan KBRI yang datang terlambat, yakni setahun setelah dia dipenjaraTidak hanya itu, pengacara yang disediakan pun berasal dari Mesir sehingga dia kesulitan berkomunikasi"Saya benar-benar kecewa mendapat perlakuan seperti itu," jelasnya

Pada 11 Juni lalu menjadi hari bersejarah bagi RositaMajelis hakim Fujairah menyebut tidak ada bukti yang menyatakan dirinya sebagai pembunuhKarena itu, dia hanya diganjar hukuman penjara enam bulan"Karena saya sudah dipenjara 20 bulan, saya langsung diberi tiket ke Indonesia," katanya

Tiket yang diberikan oleh polisi itu disebutnya sebagai permintaan maaf karena sudah mengurung Rosita 20 bulanBerbekal Rp 300 ribu yang didapat dari polisi, dia langsung terbang ke IndonesiaSampai di Karawang, kampung halamannya, dia bertemu dengan berbagai pihak yang bersimpati kepadanya

Beberapa hari kemudian dia mendatangi Kementerian Luar negeri (Kemenlu)Anehnya, Kemenlu tidak tahu bahwa Rosita sudah pulangBahkan, petugas sempat ragu bahwa yang datang itu adalah Rosita"Orang Kemenlu telepon ke KBRIKatanya saya baru bebas enam bulan lagi," tandasnya

Staf penanganan kasus buruh migran LSM Solidaritas Perempuan Vicky Sylvanie mengatakan, pihaknya bakal mengawal Rosita hingga status hukumnya selesaiSebab, statusnya masih menggantungApakah dia bebas murni, bersyarat, atau yang lain"Saat ini sidang pembunuhan Lilis masih berjalan di sana," ucapnya(c2/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nurohim, Mantan TKI yang Celaka di Malaysia dan Apes di Kampung Halaman


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler