jpnn.com, BANDUNG - Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung pernah merawat dua pasien terkonfirmasi positif terjangkit virus Mpox atau cacar monyet pada tahun 2023.
Tahun ini, rumah sakit milik Provinsi Jawa Barat itu belum menerima adanya rujukan pasien dengan suspek Mpox.
BACA JUGA: 4 Kades di Kabupaten Bandung Diduga Hadiri Kegiatan Cabup
Ahli Dermatologi Umum RSHS Bandung Prof Hendra Gunawan mengatakan, tahun lalu pihaknya menerima empat orang pasien suspek virus Mpox. Setelah dilakukan pemeriksaan sesuai prosedur, hasilnya dua orang positif Mpox dan dua lagi negatif.
"Di tahun sebelumnya ada empat pasien yang diperiksa dengan dua yang terkonfirmasi positif. Beberapa pasien diduga Mpox yang dirujuk dari beberapa rumah sakit itu ada beberapa, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan ternyata bukan Mpox,” kata Hendra ditemui di RS Hasan Sadikin, Kota Bandung, Kamis (5/9/2024).
BACA JUGA: Siswi SMP Diperkosa dan Dibunuh 4 Remaja di Kuburan Cina, Polisi Ungkap Motif
Dua orang pasien positif Mpox itu pun kini sudah sembuh total setelah dilakukan pengobatan dan isolasi di ruangan khusus.
“Terkonfirmasi sembuh total. Yang satu dilakukan perawatan di sini karena itu merupakan kasus pertama kami, yang satu diisolasi mandiri tetapi kami terus follow up melakukan observasi ketat sampai tadi keropengnya lepas dan dinyatakan sembuh,” jelasnya.
BACA JUGA: Polda Jabar Tangkap 4 Narapidana yang Buka Bisnis Layanan Seks dari Balik Jeruji
Hendra menerangkan, penularan virus Mpox bisa terjadi melalui kontak langsung kulit dengan kulit pasien positif cacar monyet, melalui bendara yang tercemar virus, dan juga droplet atau udara.
Di tengah peningkatan kasus yang terjadi, Hendra meminta kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak khawatir. Masyarakat juga diminta tetap menerapkan Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) dan menghindari keramaian.
“Kalau kita lihat situasi sekarang karena ada peningkatan, karena ada satu kasus yang ditemukan varian 1B di Thailand dikatakan lebih virulence, kita harus lebih berhati-hati sedapat mungkin kalau memang kegiatannya bukan kegiatan yang esensial urgent, tidak kegiatan primer itu menghindari kerumunan dan selalu menerapkan PHBS,” jelasnya.
Sementara itu, dari 88 kasus yang ditemukan di Indonesia sejak tahun 2023, dia memastikan seluruhnya adalah varian clade II atau 2B.
"Ada 88 kasus ditemukan di Indonesia, itu berdasarkan hasil pemeriksaan semuanya clade II atau 2B,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik ihwal adanya kasus Mpox atau cacar monyet di Indonesia.
Menurut Budi, kasus Mpox belum menjadi ancaman serius bagi masyarakat di Indonesia. Bahkan, dia menilai masih serius kasus Covid-19 yang pernah melanda Indonesia tahun 2020 silam.
“Ini tidak mengkhawatirkan seperti Covid-19, kenapa? Karena ini menularnya seperti HIV, hanya menular kelompok tertentu. Jadi, sebenarnya dari sisi penularan kita tidak perlu khawatir,” kata Budi saat ditemui di Kota Bandung, Rabu (4/9/2024).
Dia menuturkan, kasus ini sebenarnya bukan hal baru karena di seluruh dunia terdapat kasus Mpox dengan varian 2B dan 100 persen sembuh.
Di Indonesia sendiri sudah ada 88 kasus sejak tahun 2022 dan tahun ini ada 14 orang yang terkena Mpox, semuanya bisa sembuh kembali.
Budi menerangkan, yang berbahaya dari virus Mpox ialah adany varian 1B, di mana bisa menjadi penyebab kematian cukup tinggi dibanding dengan varian 2B.
Sejauh ini, varian tersebut ditemukan di sejumlah negara di Benua Afrika dan sudah masuk ke Asia Tenggara yakni di Thailand.
"Mpox itu pernah naik tinggi di pandemi itu 30 ribu, setelah pandemi naik 90 ribu. Habis itu dia flat, jadi, di pertengahan 2023 berhenti itu, naiknya sedikit. Tetapi. di Agustus naik lagi pandemi padahal dari 90 ribu ke 100 ribu kecil, itu gara-gara ada varian baru yang 1B ini," paparnya.
Budi menuturkan, Kemenkes juga sudah melakukan antisipasi agar virus ini tidak mudah masuk dan menyebar di Indonesia. Mulai dari penggunaan PCR higga mendatangkan vaksin dilakukan agar Mpox tidak menjangkit banyak masyarakat dalam negeri.
Vaksin akan diberikan kepada mereka yang beresiko tinggi dan tidak harus membayar alias gratis. Namun, vaksin ini juga bisa dibeli bagi mereka yang memang ingin melakukan antisipasi sejak dini. (mcr27/jpnn)
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Nur Fidhiah Sabrina