RSLI Jawab Dugaan Varian Baru dari CT Ekstrem Rendah Pasien yang Dirawatnya

Jumat, 10 September 2021 – 21:03 WIB
Ilustrasi Covid-19. Grafis: Rahayuning Putri Utami/JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Penanggung Jawab Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Laksamana Pertama dr Ahmad Samsulhadi menyampaikan perkembangan terkait pasien yang CT Value ekstrem rendah. 

Dia menyebut sampai Jumat (10/9) pasien di RSLI ada sebanyak 174, di antaranya 148 pekerja migran Indonesia (PMI) dan sisanya 26 umum/mandiri. 

Sebanyak 78 sampel dari awal Mei 2021 dikumpulkan kemudian dikirimkan ke Tropical Disease Center (TDC) Unair untuk diteliti whole genome sequencing-nya.

"Laboratorium sangat terbatas, kami pilih lagi, yang CTV (Cycle Threshold Value) di bawah 15 dengan kondisi-kondisi tertentu," kata dia.

Meski beberapa sampel hasilnya sudah keluar, Samsul masih belum bisa memastikannya sebagai varian baru atau tidak.

Sebab, pihaknya masih menunggu hasil exact dari laboraturium.

"Kami praktis, sambil menyelam minum air. Dari CTV di bawah 15 itu kami tunggu hasil laboratoriumnya," ujar dia. 

"Kami tidak pernah bilang varian baru. Kami hanya selalu waspada angka ekstrem itu. Kalau CTV di bawah dikasih ke WGS," tegas dia.

Di tempat yang sama, Spesialis Patologi Klinis sekaligus DPJP RSLI Surabaya, dr Fauqa Arinil Aulia mengatakan sampel yang diambil sepuluh sampai 15 persen. 

"Beberapa diambil jika ada gejala ringan, keadaan ini belum ada hasilnya. Pintu masuk PMI hanya dua Surabaya dan Jakarta," ucap dia. 

Sementara itu, di rumah sakit lain belum ada pasien yang CT-nya ekstrem rendah. Dari sepuluh persen akan dilihat kepastiannya di laboratorium. 

Fauqa menyebut 78 pasien itu dari PMI asal Afrika Selatan, Inggris UK, India, hingga varian lokal Indonesia. 

"Yang kami laporkan ke Pemprov Jatim dan Kemenkes yang sudah terdeteksi saja," ujar dia. 

CTV tidak berhubungan dengan kondisi klinis pasien. Hal itu hanya menyatakan jumlah virus di saluran pernapasan. 

"Tidak ada korelasi dengan gejala klinis, karena faktornya banyak. Covid-19 ini bergantung pada banyak hal, imunitas, komorbid, dan lain-lain," ungkap dia. 

Menurutnya, varian MU dari WHO diklasifikasikan sebagai varian of interest. Jadi, hanya sequence genome yang beda dengan awal. 

"Masyarakat tak perlu panik. Sebab, varian baru itu memiliki gejala dan terapi yang sama," pungkas Fauqa. (mcr12/jpnn) 

BACA JUGA: Berita Terbaru dari Kemenkes Soal Varian Mu di Indonesia

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mewaspadai Varian Mu, Ma’ruf Amin Minta Pengetatan Pintu Masuk RI


Redaktur : Rasyid Ridha
Reporter : Arry Saputra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler