Rugi Besar Jika Partai Gelora Memilih Beroposisi

Jumat, 08 November 2019 – 20:30 WIB
Anis Matta dan FahriHamzah (di tengah) bersama-sama para deklarator Partai Gelora. Foto: Twitter/anismatta

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Maksimus Ramses Lalongkoe menyarankan Partai Gelora Indonesia tidak memilih berperan sebagai oposisi pada pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Maksimus khawatir, Partai Gelora yang baru saja dilahirkan akan langsung rontok ketika berperan sebagai oposisi.

BACA JUGA: Partai Gelora Bukan Ancaman Buat PKB, PPP dan PAN

"Justru tidak menguntungkan Partai Gelora kalau menjadi oposisi karena publik belum melihat kerjanya, saya kira justru itu akan menenggalamkan Partai Gelora ke depannya," ujar Maksimus kepada jpnn.com, Jumat (8/11).

Menurut dosen di Universitas Mercu Buana ini, Partai Gelora sebaiknya fokus membangun jaringan hingga ke akar rumput. Karena tantangan sebagai partai baru membentuk jaringan dan memperkenalkan keberadaannya di tengah masyarakat.

BACA JUGA: Partai Gelora Ancaman Serius Bagi PKS, Begini Penjelasannya

Lalu sejauh mana peluang Partai Gelora menggandeng ormas Islam seperti FPI?

Direktur Eksekutif Lambaga Analisis Politik Indonesia (LAPI) ini menyebut bukan pekerjaan yang mudah.

"Secara organisatoris tidak mudah menggandeng ormas-ormas Islam paling individu, karena selama ini ormas Islam itu juga tidak secara terstruktur berafiliasi dengan partai manapun," pungkas Maksimus.(gir/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler