jpnn.com, BATUSANGKAR - Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat tidak pernah kehabisan spot wisata yang layak dikunjungi di Ranah Minang.
Sebut saja dari yang paling populer, Istano Basa Pagaruyung hingga Nagari Tuo Pariangan yang dinobatkan sebagai Desa Terindah versi majalah pariwisata, Travel Budget.
BACA JUGA: Berkunjung ke Danau Kelimutu, Gus Jazil Dorong Tempat Wisata di Wilayah Zona HIjau Segera Dibuka
Kini, sebuah lokasi unik dan indah kembali mencuat di Tanah Datar, tepatnya di Nagari Tanjung Barulak, Kecamatan Tanjung Emas. Berjarak sekitar 15 kilometer dari Pusat Kota Batusangkar, tempat tersebut bernama 'Rumah Akar'.
Rumah Akar berlokasi di tengah sawah yang dikelilingi perbukitan Nagari Tanjung Barulak. Berdiri di atas tanah sekitar setengah hektar, rumah tersebut punya keunikan terbuat dari akar, ranting, dan batang pohon.
BACA JUGA: Pro Hijau Development, Pemkab Tabanan Bakal Mengembangkan Wisata Berbasis Alam
Adalah Dedi Yusri, seorang pekebun dan peternak yang punya ide membuat Rumah Akar tersebut. Pria 47 tahun yang mempunyai minat pada seni dan arsitek itu awalnya hanya ingin menyalurkan bakatnya dengan membangun sebuah pondok di tengah sawah tempatnya sering beraktivitas.
"Sebenarnya ide awalnya cuma menyalurkan hobi, saya dari dulu suka seni dan arsitek," kata Dedi Yusri saat berbincang dengan jpnn.com di halaman Rumah Akar, Rabu (29/7).
BACA JUGA: Gus Menteri: Ayo Hidupkan Lagi Desa Wisata di Yogyakarta
Pria gondrong itu tidak banyak ekspektasi saat membangun Rumah Akar. Dia bahkan sempat mendapat ejekan dari beberapa orang kenalan lantaran membangun rumah di tengah sawah yang terpencil.
"Saya sempat ditertawakan kayak orang gila, karena gondrong, bikin rumah di tengah sawah," ceritanya.
Meski demikian, Dedi Yusri tidak patah semangat menyalurkan bakatnya. Dia perlahan mendesain bangunan yang ingin dibuat.
Bermodalkan akar, ranting, kayu, dan bahan pendukung lainnya, Dedi Yusri mulai membangun. Dia menyusun akar dan kayu dengan rapi hingga berbentuk rumah yang unik.
"Yang susah itu menyusunnya karena saya banyak memakai kayu dan akar yang bengkok," bebernya.
Rumah Akar dibangun dua lantai berukuran sekitar 100 meter persegi. Semua sisi rumah terdiri dari kayu-kayu yang disusun sedemikian rupa sehingga menarik untuk dilihat.
"Saya membangunnya sejak tahun lalu. Saya cuma dibantu istri dan anak," ucapnya, sambil menyebut 'Alam Dielta' istilah bagi kawasan Rumah Akar yang diambil dari namanya dan sang istri.
Pada bagian depan Rumah Akar terdapat halaman yang cukup luas. Terlihat sebuah kolam pemancingan yang berukuran tidak terlalu besar. Sementara, di sampingnya berdiri sebuah kandang sapi yang didesain seperti rumah koboi.
Keunikan Rumah Akar dengan pemandangan yang asri ternyata punya daya tarik luar biasa. Perlahan lokasi yang dibangun Dedi Yusri dengan ketulusan hatinya mulai didatangi banyak orang.
Pendatang setiap harinya datang untuk menikmati keindahan Rumah Akar dan suasana yang begitu menyejukkan. Tidak hanya penduduk lokal, tamu Rumah Akar kini berdatangan dari luar kabupaten maupun luar provinsi.
Menariknya lagi, Dedi Yusri tidak pernah menagih uang masuk bagi pengunjung yang ingin santai atau berfoto-foto di Rumah Akar. Dia memilih menyediakan makanan dan minuman dengan harga sangat murah bagi tamu. (mg3/jpnn)
Redaktur & Reporter : Dedi Yondra