Rumah Besar Umat Islam tapi Buru-buru Dukung Prabowo

Sabtu, 19 April 2014 – 19:37 WIB
Ketum PPP Suryadharma Ali saat bertemu Prabowo Subianto di Kantor DPP PPP, Jakarta, Jumat (18/4). Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Sikap Ketum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali yang menyatakan dukungannya terhadap pencapresan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dinilai bertolak belakang dengan slogan PPP.

"Jadi hakikat perjuangan, cita-cita politik, dan jatidiri partai itu seolah lenyap. Tagline PPP sebagai rumah besar umat Islam pun seolah menjadi slogan tanpa arti. Karena seharusnya kan PPP lah yang menjadi motor penggerak untuk membangun blok politik Islam. Loh kok ini justru sebaliknya," kata Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin di Jakarta, Sabtu (19/4).

BACA JUGA: Kader Golkar Anggap Priyo Lebih Layak Ketimbang Ical

Menurutnya, sikap SDA yang secara sepihak menyatakan dukungn PPP ke Prabowo menyebabkan konflik di tubuh partai berlambang Kabah itu  kian meluas.

Langkah SDA dinilai tidak tepat karena keputusan juga diambil di saat partai-partai politik berbasis massa Islam dan para tokoh umat Islam tengah berupaya membangun komunikasi untuk menyatukan kekuatan politik Islam.

BACA JUGA: SDA Sebar SMS, Ini Tanggapan Romahurmuziy

Said menilai, sebenarnya sah-sah saja jika PPP atau parpol Islam lain mendukung capres dari kelompok nasionalis seperti Prabowo atau Joko Widodo.  Namun sebelum keputusan diambil, alangkah bijaksana jika PPP terlebih dahulu mengoptimalkan gagasan membentuk blok politik Islam sebagai bentuk penghormatan dan respons atas aspirasi kelompok pemilih Islam.

"Sebab ditinjau dari sisi raupan suara dan ketersediaan tokoh yang bisa dimajukan sebagai capres-cawapres, parpol-parpol berbasis massa Islam ini punya modal besar untuk menandingi capres dari parpol-parpol nasionalis," katanya.

BACA JUGA: Malam Ini, Kyai Khos Kumpul Bahas Pilpres

Kalau kemudian para tokoh Islam ternyata tidak mencapai kata sepakat, maka menurut Said, pilihan untuk bekoalisi dengan parpol nasionalis menjadi sangat rasional.

"Itu baru bisa disebut sebagai realitas politik. Jadi kuncinya harus ada semangat dulu dari pimpinan parpol-parpol Islam untuk membangun kebersamaan. Pemimpin itu seharusnya mengedepankan optimisme dan rasa saling percaya demi umat yang dipimpinnya," kata Said.(gir/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bertemu di Bali, Mahfud-Ical Belum Sepakat Berpasangan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler