Rumah Milenial: Jangan Karena Perbedaan Pilihan Politik Meminta Referendum

Jumat, 31 Mei 2019 – 14:16 WIB
Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan beberapa waktu lalu. Foto: Istimewa

jpnn.com, JAKARTA - Masyarakat tidak perlu percaya dan termakan provokasi dengan informasi hoaks dan propaganda yang beredar usai Pemilu 2019. Hal ini menjadi salah satu kesimpulan Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan yang diadakan oleh Rumah Milenial, Lembaga Kajian Strategi Bangsa (LKSB), Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPPP) dan Himpunan Putra Putri Angkatan Darat (HIPAKAD) di Gedung PBNU Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (29/5).

Selain itu, forum silaturahmi mengapresiasi kinerja aparat keamanan yang berusaha maksimal menjaga situasi kondusif dan keamanan masyarakat setelah perhelatan Pemilu. 

BACA JUGA: Respons Mendagri Soal Isu Mobilisasi ASN Dukung Jokowi

Dalam dialog ini, Intelektual muda NU, Abdul Ghopur mengatakan memahami demokrasi harus komprehensif agar mengetahui hakikat dari demokrasi tersebut. Menurutnya, demokrasi dalam arti lain bukanlah tujuan melainkan alat untuk mencapai tujuan yakni kemakmuran, kesejahteraan dan kedaulatan rakyat.  

"Demokrasi bukanlah pemicu perpecahan antarbangsa, demokrasi adalah indikator bersatunya masyarakat untuk mewujudkan cita cita kemerdekaan Indonesia. Kuncinya, masyarakat harus menerima perbedaan pandangan dan legowo atas berbagai kebijakan yang telah disepakati atas nama bangsa Indonesia. Perbedaan adalah rahmat dan kita wajib mengelolanya dengan bijaksana," katanya.

BACA JUGA: Bawaslu Melimpahkan Perkara Dugaan Manipulasi Rekapitulasi Suara Pileg

(Baca Juga: Pernyataan Keras Ryamizard Ryacudu Tanggapi Isu Referendum Aceh)

Direktur Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) ini juga menyikapi adanya permintaan referendum usai perhelatan Pemilu 2019. "Kemerdekaan Indonesia adalah hasil ijtima para ulama. Ini sangat penting bahwa kemerdekaan dan persatuan Indonesia juga didukung para ulama. Mari jaga bersama persatuan dan perdamaian Indonesia," ujarnya.

BACA JUGA: Komentar Amien Rais soal Penangkapan Sejumlah Koleganya

Hadir pada kegiatan tersebut Bendahara Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), H Bina Suhendra, Lembaga Kajian Strategi Bangsa (LKSB), Abdul Ghopur, Pendiri Rumah Milenial, Sahat Martin Philip Sinurat, Ketua Umum Himpunan Putra Putri Angkatan Darat (HIPAKAD), Hariara Tambunan, Ketua Umum Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPPP), Bimo Suryono, Sekretaris Eksekutif PGI, Pdt. Jimmy Sormin, dan puluhan peserta dari berbagai kalangan.

Pendiri Rumah Milenial, Sahat Martin Philip Sinurat mengharapkan para tokoh bangsa, elite politik dan tokoh agama memberikan teladan bagaimana menyikapi hasil pemilu secara dewasa.

"Generasi milenial pastinya memperhatikan bagaimana ucapan dan sikap dari para tokoh masyarakat, elite politik dan tokoh agama. Ajarkanlah kepada kami bagaimana kita seharusnya merajut persaudaraan, bukannya permusuhan pasca pelaksanaan Pemilu ini," ujarnya.

Sahat menyayangkan adanya beberapa pihak yang setelah pemilu ini kemudian meminta dilakukannya referendum untuk memisahkan diri dari Indonesia.

"Tidak pada Pemilu kali ini saja mengalami perbedaan politik. Dulu pernah mengalami gejolak politik yang lebih besar, bahkan pemerintah saat itu membubarkan beberapa partai politik. Namun tidak ada satu pun tokoh bangsa dan eliet politik saat itu yang berpikir untuk memecahkan dan membubarkan negara. Janganlah karena perbedaan politik sesaat, kemudian tega memecah-belah persatuan bangsa dan negara," pungkas mantan Ketua Umum GMKI ini. (*/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Prabowo di Eropa, Sandiaga ke Amerika, Kivlan Zen Dipenjara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler