jpnn.com, SURABAYA - Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jawa Timur Mufti Anam optimistis ekonomi Indonesia tetap kukuh, tidak menjurus ke krisis meski saat ini rupiah sedang depresiasi.
Mufti mengatakan kondisi fundamental ekonomi nasional cukup baik. Pertumbuhan ekonomi 5,2 persen, inflasi tahunan terkelola di level 3,2 persen. ”Rating utang Indonesia masih investment grade, bahkan kemarin lembaga rating Fitch tetap pertahankan outlook stable untuk Indonesia. Semua lembaga rating bilang begitu. Artinya, semua risiko ekonomi terkelola dengan baik,” ujar Mufti di Surabaya, Rabu (5/9).
BACA JUGA: Faisal Basri: Depresiasi Rupiah Terburuk Sepanjang Sejarah
Pelemahan rupiah, lanjut Mufti, lebih banyak disebabkan faktor eksternal, terutama gejolak Turki dan Argentina serta kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Faktor eksternal pula yang menyebabkan krisis 1998.
Namun, yang membedakan dengan kondisi saat ini adalah posisi fundamental ekonomi yang jauh lebih baik dibanding 1998.
BACA JUGA: Ini Proyeksi Pemerintah soal Kurs Dolar AS dalam RAPBN 2019
”Jadi memang beda kondisi saat ini dengan 1998. Fundamental ekonomi kita oke hari ini, bahkan kalau dibandingkan dengan negara lain, kita lebih baik. Cadangan devisa pun tinggi, sehingga BI punya cukup ruang untuk intervensi rupiah,” ujar Mufti.
Saat ini, pengelolaan utang valas swasta juga sudah cenderung lebih berhati-hati karena banyak yang telah menggunakan fasilitas hedging (lindung nilai) agar terlindungi dari gejolak nilai tukar.
BACA JUGA: Rupiah Anjlok Lagi, Bu Menkeu Singgung Lira Turki
Di lingkungan HIPMI sendiri sudah disosialisasikan penggunaan fasilitas swap BI untuk pengusaha yang butuh dolar.
”Pengusaha-pengusaha muda juga sudah konversi dolar ke rupiah. Anak-anak muda Jatim ada valas hasil ekspor, semua dikonversi ke rupiah. Ini wujud gerak kita bersama menjaga ekonomi,” ujarnya.
Mufti mengatakan, pengusaha mengapresiasi respons cepat pemerintah dan BI dalam mengelola dinamika kurs. Misalnya, BI langsung menurunkan batas minimal transaksi swap lindung nilai yang mendorong pengusaha memakai fasilitas itu agar terlindungi dari gejolak kurs.
Juga ada pembatasan impor barang-barang yang tak strategis, peningkatan bahan bakar nabati untuk menekan impor minyak, dan sebagainya.
Semua respons cepat pemerintah dan BI tersebut mampu berdampak psikologis yang membuat dunia usaha yakin bahwa risiko nilai tukar saat ini bisa terkelola dengan baik.
”Faktor keyakinan ini penting. Janganlah ada analisis macam-macam bahwa Indonesia menuju jurang krisis. Antisipasi boleh, mengingatkan pemerintah silakan, tapi kami berharap dinamika kurs ini tidak menimbulkan aspek viral negatif ke pasar, yang bisa mengganggu fundamental ekonomi yang sebenarnya cukup kokoh. Be wise, ini Indonesia kita, harus dijaga bersama,” pungkas Mufti. (adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Moeldoko Mulai Jual Simpanan Dolar
Redaktur : Tim Redaksi