Rupiah Lemah, Penjualan Mobil Anjlok

Sabtu, 14 Maret 2015 – 08:10 WIB
Foto ilustrasi. Dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Nilai tukar rupiah yang terus melemah hingga mencapai Rp 13.187 per dolar Amerika Serikat, membuat pelaku industri otomotif cemas.

Diharapkan rupiah bisa kembali menguat hingga kembali menyentuh Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu per dolar AS sehingga penjualan mobil bisa mencapai target 1,2 juta unit.
 
"Pemerintah perlu membuat kebijakan ekonomi yang tepat sehingga bisa mengendalikan volatilitas rupiah yang masih terus terjadi sampai saat ini. Kalau (pelemahan rupiah) ini tidak bisa dikendalikan efeknya akan sangat berat," ujar GM Marketing Strategy and Product Planning Nissan Motor Indonesia (NMI), Budi Nur Mukmin dalam peluncuran New Nissan Serena kemarin (13/3).  

BACA JUGA: Menkeu Cabut Aturan Pelaporan SPT PPh Deposan

Kurang kondusifnya kondisi makro ekonomi akhir-akhir ini pun telah membuat penjualan mobil di bulan Januari 94 ribu unit. Melemahnya pasar masih terjadi hingga Februari sehingga menyebabkan penjualan mobil hanya mencapai 88 ribu unit.

"Situasi ini sudah sangat mengkhawatirkan, dua bulan pertama saja (penjualan mobil) sudah turun hampir 20 persen," sebutnya.

BACA JUGA: Pengamat Sarankan Menteri Kabinet Jokowi tak Asal Ngomong

Budi berharap pemerintah menemukan formula yang tepat untuk mengembalikan kondisi makro ekonomi sehingga kurs rupiah bisa kembali menguat ke angka Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu per dolar AS. Pihaknya juga berharap agar Bank Indonesia bisa kembali menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) ke level yang lebih rendah.

"Kalau saat ini BI rate 7,5 persen, kami berharap bisa turun setidaknya menjadi 7 persen," tambahnya.

BACA JUGA: Terapkan Sistem Online, Petugas KAI Bakal Tergusur

Menurut dia, kedua parameter itu bisa sangat menentukan kesuksesan penjualan otomotif di tahun 2015 ini. Budi menilai titik ideal agar penjualan otomotif bisa kembali ke jalur yang benar adalah kurs rupiah antara Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu per dolar AS dan BI Rate di level 7 persen.

"Jika dua parameter itu bisa tercapai saya rasa penjualan mobil bisa kembali normal 100-110 ribu unit per bulan," tukasnya.

Pihaknya mengaku pelemahan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini telah membuat harga suku cadang untuk produksi mobil meningkat. Namun begitu Nissan tidak ingin burur-buru menaikkan harga jual.

"Pelemahan rupiah tidak harus selalu dengan menaikkan harga jual. Itu tidak adil bagi konsumen. Kita bisa melakukan cost reduction, dengan meminta pemasok menekan harga," tuturnya.

Budi mengakui masih cukup banyak produk Nissan yang memanfaatkan suku cadang impor sehingga efek pelemahan rupiah cukup terasa. Namun beban itu tidak sama antar tiap produk.

"Seperti Grand Livina itu 70-80 persen lokal, X Trail yang baru 40 persen lokal. Secara umum kalau mobil baru launching kandungan lokalnya masih 30-40 persen," jelasnya. (wir)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Atasi Jebloknya Rupiah, Pemerintah Keluarkan 4 Payung Hukum


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler