jpnn.com, SAMARINDA - Chief Economist Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan, rupiah masih rentan berfluktuasi lantaran sejumlah momentum luar negeri yang akan dan sedang berlangsung.
Saat ini, dia mengakui tekanan pasar finansial di sejumlah negara berkembang berangsur mereda.
BACA JUGA: Rupiah Menguat, Pemerintah dan BI Harus Tetap Antisipatif
“Meskipun begitu penguatan tidak hanya datang dari luar. Namun, adanya faktor internal yang membantu penguatan rupiah,” kata Lana, Jumat (16/11).
Dia menjelaskan, langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) menjadi salah satu contohnya.
BACA JUGA: Rupiah Melemah, Harga Produk Kertas Melonjak
Selain suku bunga acuan, siklus permintaan USD di dalam negeri juga sudah menurun, terutama pada kegiatan ekspor dan impor.
“Sehingga membuat tekanan-tekanan itu berkurang dan rupiah mulai bergerak naik,” tutur Lana.
BACA JUGA: Transaksi DNDF Bikin Rupiah Semakin Bertaji
Lana menambahkan, saat dolar sedang tinggi para eksportir yang mendapatkan untung.
“Saya rasa tidak hanya eksportir, mereka yang memiliki gaji dolar juga sudah melakukan hal itu. Agar ketika dolar mulai melemah seperti saat ini, dana hasil investasi tadi dapat menjadi pengganti pendapatan,” ujar Lana. (ctr/ndu/k15)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rupiah Bisa Rp 20 Ribu Jika Tidak Ada Kelapa Sawit
Redaktur & Reporter : Ragil