jpnn.com - JAKARTA - Siapkan uang lebih untuk makan mie instan tahun depan karena produsen ancang-ancang menaikkan harga jual seiring pelemahan kurs Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Begitu juga dengan harga jual kendaraan. Sebagian bahan baku kedua jenis produk konsumsi ini masih impor.
Presiden Direktur PT Astra International Tbk (ASII), Prijono Sugiarto, mengatakan jika nilai kurs Rupiah terus-terusan berada di atas level Rp 11 ribu bahkan mendekati Rp 12 ribu per USD maka harus dilakukan penyesuaian harga. Hal tersebut harus dilakukan memertimbangkan berbagai hal terutama ongkos produksi terkait sebagian bahan baku terutama untuk mesin yang masih impor.
BACA JUGA: Rupiah Tembus 12.000 per USD
Belum bisa dipastikan berapa kisaran kenaikan yang akan terjadi. Meski begitu pihaknya tidak khawatir kinerja perusahaan akan terganggu karena kondisi pasar otomotif baik mobil maupun sepedamotor masih positif.
Atas dasar itu perusahaan pemimpin pasar otomotif Indonesia ini tetap investasi. Pada tahun depan pabrik ASII atas nama PT Astra Daihatsu Motor (ADM) akan meningkat kapasitas produksinya menjadi 480 ribu unit pertahun dan pabrik Toyota milik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) akan meningkatkan kapasitas dari 200 ribu menjadi 240 ribu pada tahun depan. Begitu juga pabrik sepeda motor milik PT Astra Honda Motor (AHM) akan meningkat dari 4,2 juta unit menjadi 5,2 juta sampai 5,3 juta unit seiring dengan tuntasnya pembangunan pabrik keempat pada pertengahan 2014.
BACA JUGA: IHSG Berpotensi Rebound
Di satu sisi, kata Prijono, pelemahan Rupiah memang mengandung risiko bagi industri otomotif. Sebaliknya, perseroan justru bisa meraih keuntungan dari beberapa lini bisnis lain yang dimiliki untuk memanfaatkan momen penguatan USD ini ."Ada divisi yang tentu mengalami tekanan besar terutama otomotif. Tetapi ada juga divisi Astra lain yang tergantung pada penguatan USD salah satunya PT Astra Agro Lestari Tbk (bidang CPO), PT Pamapersada Nusantara (bidang batubara), dan lainnya karena memang revenuenya dalam USD," paparnya.
Direktur ASII, Sudirman Maman Rusdi, mengatakan selain potensi kenaikan harga pihaknya juga akan memelajari dampak kenaikan suku bunga acuan (BI rate) ke level 7,5 persen saat ini terhadap porsi kredit mobil dan sepeda motor. "Tentu juga akan ada penyesuaian, kita pelajari dulu," ucapnya.
BACA JUGA: Tol Moker Beroperasi 2014
Presiden Direktur PT ADM ini mengatakan pasar mobil nasional sampai dengan akhir Oktober 2013 sudah mencapai 1.020.000 unit dan diperkirakan menyentuh 1.180.000 sampai 1.200.000 pada akhir tahun. "Tahun depan kami perkirakan angka penjualan masih sama dengan tahun ini. Dan tahun depan kami akan koreksi harga jual," ucapnya.
Begitu juga dengan pasar sepeda motor nasional yang diperkirakan mencapai 7,8 juta sampai 8 juta unit sampai akhir tahun ini tidak akan mengalami banyak perubahan pada tahun depan.
Selain harga jual kendaraan, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sudah melakukan ancang-ancang menaikkan harga jual produknya terutama mie instan. Produsen Indomie, Supermi, Sarimi, dan beberapa merek lainnya itu memertimbangkan pelemahan Rupiah.
Corporate Secretary ICBP, Werianty Setiawan, mengatakan pihaknya sebenarnya sudah meningkatkan harga jual 5 sampai 10 persen sepanjang 2013 secara rata-rata terhadap seluruh produknya. "Tahun depan penyesuaian harga tentu kita lakukan. Tahun depan kenaikannya tergantung kondisi. Kalau harga bahan baku atau rupiah terus melemah, terpaksa naik lagi," ucapnya.
Belum dipastikan berapa persentase kenaikannya namun dimungkinkan sekitar 10 persen sampai 15 persen.
Saat ini mie instan masih menjadi contributor dominan terhadap penjualan bersih perseroan sekitar 68 persen. Angka ini, kata Werianty, akan diturunkan dengan cara memperbesar kontribusi dari produk lainnya supaya terjadi keseimbangan. "Inginnya dibalance 50:50 antara mie instan dengan non mie instan. Maka sejak 2008 kita masuk bisnis susu, minuman non alcohol, dan lainnya," terangnya.
Direktur ICBP Suaimi Suriady mengatakan belakangan ini pihaknya mulai produksi makanan berbasis tradisional seperti keripik tempe, singkong, dan lainnya. "Tahun depan juga akan masuk lagi karena pasarnya no limit. Selama main di consumer, apapun bisa jadi potensi," yakinnya. (owi/gal/gen)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingatkan Ratifikasi Bisa Jadi Lonceng Kematian bagi Petani
Redaktur : Tim Redaksi