jpnn.com - JAKARTA - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dolar (USD) dalam beberapa hari ini mulai direspons kalangan pengusaha. Khususnya, mereka yang memiliki produk berorientasi ekspor.
"Kami mulai melakukan antisipasi dengan menguatnya USD ini," ungkap Predir Maspion Group Alim Markus saat dihubungi, Rabu (21/8).
BACA JUGA: Jaksel Bukukan Rekor Pajak Rp 1,2 Triliun
Sejak pertengahan tahun ini, Markus mengendalikan PT Alumindo Light Metal Industry Tbk sepeninggal sang adik, Alim Satria yang sebelumnya executive managing director. Emiten berkode ALMI ini memproduksi aluminium sheet dan aluminium foil yang 90 persen diekspor ke AS. "Kami berusaha meningkatkan efisiensi impor sekaligus menggenjot ekspor," paparnya.
Selain itu, Maspion menghindari rugi selisih valas dengan terus menggunakan USD untuk transaksi, baik dalam ekspor maupun impor. "Jadi, rupiah melemah tidak berdampak banyak," ujarnya.
BACA JUGA: IHSG Anjlok, Direksi BUMN Dikumpulkan
Markus yang juga ketua Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Jatim menambahkan, melemahnya kurs rupiah ini menjadi momentum positif bagi produk-produk lokal. Sebab, harganya makin terpaut jauh dengan barang impor. "Penggunaan barang-barang made in Indonesia dapat menghindarkan Indonesia dari krisis global," cetusnya.
Berdasar kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah per kemarin, 21 Agustus, berada pada level Rp 10.723 atau melemah 219 poin daripada nilai sehari sebelumnya.
BACA JUGA: BUMN Siap Buyback Saham
Persiapan menghadapi potensi rugi kurs juga dilakukan produsen makanan olahan dari laut, PT Sekar Laut Tbk. Menurut Tjahjono Haryono, direktur PT Sekar Laut Tbk, sebulan terakhir para buyer luar negeri mulai bertanya tentang diskon harga. Para pembeli itu tidak bisa mengubah jumlah pemesanan karena sudah kontrak jangka waktu tertentu.
"Potongan harga biasanya yang diminta jika ada pelemahan rupiah. Sebab, selisih kurs dianggap menguntungkan Sekar," katanya.
Sekar Laut yang berbasis di Sidoarjo, Jatim, mengirimkan 40 persen produksinya ke luar negeri. Keuntungan Sekar Laut adalah bahan baku berasal dari lokal sehingga pembelian dengan rupiah. "Kami masih melakukan evaluasi, belum mengambil kebijakan untuk antisipasi," ujarnya.
Kebijakan baru diambil seandainya dalam dua minggu ke depan kurs rupiah tidak kunjung menunjukkan perbaikan. Sekar Laut akan mengubah asumsi USD terhadap rupiah yang bakal berdampak kepada harga jual dan penjualan perseroan. "Kemungkinan ada revisi target," ujarnya
Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) justru mengimbau agar pengusaha memanfaatkan momentum melemahnya kurs rupiah untuk menggenjot ekspor. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perbankan dan Finansial Rosan P. Roeslani mengatakan, secara umum pelemahan rupiah sangat mengganggu stabilitas ekonomi Indonesia. Secara jangka panjang kondisi itu bukan yang diinginkan dunia usaha. Tapi, secara jangka pendek situasi ini bisa dimanfaatkan eksportir.
"Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang saat ini hampir mencapai Rp 11 ribu seharusnya menjadi momentum pengusaha untuk menggenjot ekspor," ujarnya kepada Jawa Pos kemarin. Menurut dia, beberapa industri yang diuntungkan adalah pelaku agroindustri dan eksportir komoditas pertanian. (dio/uma/ken/c2/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rupiah Anjlok, BUMN Diminta tak Panik
Redaktur : Tim Redaksi