Rupiah Terus Menguat, Inilah Pemicunya

Minggu, 24 April 2016 – 08:25 WIB
Foto ilustrasi dok.Jawa Pos

jpnn.com - JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus menguat. Namun, hal ini tak membuat Bank Indonesia (BI) buru-buru mengubah asumsi nilai tukar dalam APBN 2016. 

Akhir pekan ini, rupiah ditutup di level Rp 13.169, menguat tipis dibanding perdagangan sehari sebelumnya (21/4) yang ada di level Rp 13.182. 

BACA JUGA: Bank Jatim Ekspansi ke Batam dan Kupang

Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengungkapkan bahwa bank sentral belum membahas rencana perubahan asumsi nilai tukar rupah, meski pemerintah dan parlemen berencana mengamandemen UU APBN 2016 di pertengahan tahun ini.

”Kami belum membicarakan (perubahan asumsi rupiah) di dalam pertemuan koordinasi lengkap,” ujarnya di Jakarta, akhir pekan lalu.

BACA JUGA: Mantap, Laba Bersih Maybank Rp 1,14 Triliun

Sebagaimana diketahui, Komisi XI dan Badan Anggaran DPR berharap agar pemerintah menyepakati perubahan APBN 2016 selambat-lambatnya Juni tahun ini. 

Harapan itu sempat disampaikan Anggota Komisi XI DPR Airlangga Hartarto dan Wakil Ketua Banggar DPR Said Abdullah beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: BNI Gelontorkan Rp 1 Triliun untuk Semen Indonesia

Lebih lanjut Agus menjelaskan bahwa pada dasarnya, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sudah menunjukkan tren penguatan. 

“Sekarang ini rupiah ditutup 13.150. Menunjukkan ada penguatan dan penguatan itu lebih dikarenakan ada dana masuk ke Indonesia yang cukup besar,” tuturnya.

Mantan menkeu itu merinci, sepanjang Januari hingga pekan ketiga April 2016, aliran dana masuk (capital inflow) ke Indonesia mencapai Rp 71 triliun atau lebih besar dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 50 triliun.

”Di Indonesia, kelihatan juga banyak korporasi yang melepas valas, sehingga (rupiah) terjadi penguatan sekitar 3 persen sampai 4 persen. Tetapi, kami melihat ini untuk tetap mewaspadai kondisi dunia,” katanya.

Dia juga menambahkan bahwa langkah pemerintah dan DPR yang kini tengah menggodok rencana penerapan pengampunan pajak (tax amnesty) juga bakal membuat kondisi yang baik pada likuiditas dalam negeri. 

Dengan begitu, akan banyak dana masuk ke sektor perbankan RI dalam jumlah yang cukup banyak.”Di semester II, dengan APBN-P dilakukan dan tax amnesty bisa diwujudkan, tentu akan membuat likuiditas yang lebih besar,” tambahnya.

Namun, dia juga terus mengimbau beberapa hal yang masih perlu diwaspadai  diantaranya yakni kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang kembali menaikkan suku bunga acuannya tahun ini. Faktor lainnya yakni harga komoditas yang masih anjlok di dunia. 

”Jadi kondisi risk on sedang terjadi dalan seminggu, tentu masih kita harus terus perhatikan ke depan. Tetapi suku bunga The Fed di tahun ini akan naik 25 sampai 50 basis poin,” katanya. (dee)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Dia Jagoan Terbaru Hyundai


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler