Ukraina menuding Rusia melanggar perjanjian gencatan senjata dengan menembaki rute evakuasi dari kota Mariupol yang terkepung.
Juru bicara kementerian luar negeri Ukraina Oleg Nikolenko mengatakan di Twitter bahwa penembakan itu terjadi ketika delapan truk dan 30 bus sedang bersiap untuk mengevakuasi orang-orang dari Mariupol ke Zaporizhzhia.
BACA JUGA: Kehidupan Kematian COVID-19
"Gencatan senjata dilanggar! Pasukan Rusia sekarang menembaki koridor kemanusiaan dari Zaporizhzhia ke Mariupol," tulisnya.
Orang-orang di Mariupol kini kesulitan akses air, makanan, dan listrik.
BACA JUGA: Pakar Ingatkan Dampak Konflik Rusia Vs Ukraina terhadap Krisis Myanmar
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan dalam sebuah pidato video pada hari Selasa (08/03) bahwa seorang anak meninggal dunia karena dehidrasi di Mariupol, menggambarkan betapa sulitnya penduduk kota itu.
Upaya sebelumnya untuk membawa warga sipil ke tempat yang aman di tengah perang darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II telah gagal, karena serangan baru ini.
BACA JUGA: Makin Biadab, Tentara Rusia Terus Menarget Fasilitas Sipil
Di kota lainnya, Sumy, terlihat bus yang penuh dengan orang berangkat ke kota-kota Ukraina lainnya pada hari Selasa (08/03).
Sebuah video yang diposting oleh biro komunikasi milik Ukraina pada hari Selasa menunjukkan orang-orang dengan tas menaiki bus.
"Kota Sumy di Ukraina diberi koridor hijau, tahap pertama evakuasi dimulai," kicau agensi tersebut di akun Twitternya.
Sumy hanya berjarak 50 kilometer dari perbatasan Rusia.
Bus-bus itu menuju ke kota-kota lain di Ukraina, tetapi banyak orang yang memilih untuk melarikan diri dari negara itu.
Safa Msehli, juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB, melalui akun Twitternya mengatakan bahwa 2 juta orang kini telah meninggalkan negara itu, termasuk setidaknya 100.000 orang yang bukan warga Ukraina.
Memasuki minggu kedua invasi, pasukan Rusia telah membuat kemajuan signifikan di Ukraina selatan tetapi terhenti di beberapa wilayah lain.
Tentara dan sukarelawan Ukraina membentengi ibu kota, Kyiv, dengan ratusan pos pemeriksaan dan barikade yang dirancang untuk menggagalkan pengambilalihan.
Hujan peluru dan roket terus-menerus menghantam tempat-tempat pada penduduk lainnya, termasuk di pinggiran kota Bucha di Kyiv, yang melaporkan tembakan artileri berat.
"Kami bahkan tidak bisa mengumpulkan jenazah korban itu karena tembakan senjata berat tidak berhenti siang dan malam," kata Wali Kota Bucha, Anatol Fedoruk.
Di salah satu kota yang paling parah keadaannya di selatan Mariupol, diperkirakan 200.000 orang — hampir setengah dari total populasi sebesar 430.000 — berharap untuk melarikan diri.
Pusat koordinasi Rusia untuk upaya kemanusiaan di Ukraina dan Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan gencatan senjata disepakati dimulai pada Selasa pagi untuk memungkinkan beberapa warga sipil mengungsi, tetapi tidak jelas ke mana arah koridor-koridor ini, di tengah ketidaksepakatan antara dua sisi.
Pusat koordinasi Rusia menyarankan akan ada lebih dari satu koridor, tetapi sebagian besar akan mengarah ke Rusia, baik secara langsung atau melalui Belarus.
Meski demikian, di PBB, Duta Besar Rusia menyarankan koridor dari beberapa kota dibuka dan orang-orang dapat memilih sendiri arah mana yang akan mereka tuju.
Wakil Perdana Menteri Ukraina, Irina Vereshchuk hanya mengatakan bahwa kedua belah pihak telah menyetujui evakuasi warga sipil dari kota timur Sumy, menuju kota Poltava di Ukraina.
Mereka yang akan dievakuasi termasuk mahasiswa asing dari India dan Tiongkok, katanya.
Dia menegaskan kembali bahwa proposal untuk mengevakuasi warga sipil ke Rusia dan sekutunya Belarusia, yang merupakan landasan untuk invasi, tidak dapat diterima.
Pembantu Presiden Ukraina, Kyrylo Tymoshenko, mengunggah video bus kuning dengan lambang palang merah terpampang di samping, yang menurutnya menunjukkan evakuasi dari Mariupol menuju kota Zaporizhzhia.
Dia mengatakan bantuan kemanusiaan juga dikirim ke Mariupol.
Tuntutan untuk lorong-lorong yang efektif telah melonjak di tengah peningkatan penembakan oleh pasukan Rusia.
Pengeboman terus-menerus, termasuk di beberapa wilayah terpadat di Ukraina, telah menghasilkan krisis kemanusiaan berupa berkurangnya pasokan makanan, air, dan medis.
Melalui semua itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pasukan Ukraina menunjukkan keberanian yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Uni Eropa Didesak Ikut Menanggung Biaya Penanganan Pengungsi Ukraina