jpnn.com, MOSKOW - Rusia kembali menebar ancaman terhadap Amerika Serikat dan sekutunya negara-negara Uni Eropa.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengingatkan potensi terjadinya perang nuklir di Ukraina.
BACA JUGA: Ulas Rusia Vs Ukraina, Pak SBY Khawatir soal Perang Nuklir
Lavrov meminta AS dan sekutunya tidak meremehkan hal tersebut.
Dalam wawancara di televisi pemerintah, Lavrov juga mengatakan inti dari setiap perjanjian untuk mengakhiri konflik di Ukraina akan sangat bergantung pada situasi militer di lapangan.
BACA JUGA: Depot Minyak Rusia Ludes Terbakar, Ulah Ukraina?
Lavrov ditanya tentang pentingnya menghindari perang dunia ketiga dan apakah situasi saat ini bisa dibandingkan dengan krisis rudal Kuba pada 1962, salah satu masa terburuk dalam hubungan AS-Soviet.
Rusia melakukan banyak hal untuk menjunjung prinsip-prinsip dalam upaya mencegah perang nuklir dengan cara apa pun, kata dia.
BACA JUGA: AS Jual Amunisi ke Ukraina Senilai Rp 2,38 Triliun, Niatnya Membantu Atau Cari Untung ya?
"Ini posisi penting kami yang mendasari segalanya. Risikonya kini cukup besar," kata Lavrov.
"Saya tidak akan mau meningkatkan risiko itu secara sengaja."
"Banyak orang akan seperti itu. Bahayanya serius, nyata dan tak boleh diremehkan."
Invasi Rusia di Ukraina telah berlangsung 2,5 bulan.
Invasi membuat ribuan orang tewas dan terluka, menghancurkan kota dan desa dan memaksa lima juta orang mengungsi ke luar negeri.
Moskow menyebut aksinya sebagai operasi khusus untuk melucuti Ukraina dan melindungi negara itu dari kaum fasis.
Ukraina dan Barat mengatakan hal itu hanya dalih Presiden Vladimir Putin untuk melakukan agresi tak berdasar.
Membela tindakan Moskow, Lavrov juga menyalahkan Washington atas minimnya dialog.
"Amerika Serikat praktis telah menutup semua kontak semata-mata karena kami berkewajiban membela orang-orang Rusia di Ukraina," kata Lavrov, mengulangi alasan Moskow melakukan invasi di negara tetangganya itu.
Namun, dia mengatakan pasokan senjata canggih barat, termasuk rudal anti tank Javelin, kendaraan lapis baja dan pesawat nirawak, merupakan tindakan provokatif yang sudah diperhitungkan untuk memperpanjang konflik ketimbang mengakhirinya.
"Senjata-senjata ini akan menjadi target yang sah bagi tindakan militer Rusia dalam konteks operasi khusus," kata Lavrov.
"Fasilitas penyimpanan di Ukraina barat telah menjadi target lebih dari sekali (oleh pasukan Rusia). Bagaimana tidak?" katanya menambahkan.
"NATO, pada dasarnya, terlibat dalam perang dengan Rusia melalui sebuah proksi dan mempersenjatai proksi tersebut. Perang berarti perang."
Dia mengatakan pemerintah Ukraina tidak berunding dengan niat baik dan Presiden Volodymyr Zelensky, mantan aktor, seperti Perdana Menteri Inggris yang berakting di depan publik daripada menangani tugas di depan mata, perundingan.
"Mereka mirip dalam hal kemampuan berakting. Misalnya, mereka pura-pura bernegosiasi," kata Lavrov.(Antara/Reuters/JPNN)
Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang