Ruwet, Koalisi Saudi Kini Berbalik Dukung Musuh Yaman

Selasa, 30 Januari 2018 – 08:07 WIB
Southern Transitional Council (STC) mengumumkan rencana mereka menggulingkan pemerintah Yaman. Foto: Al Jazeera

jpnn.com, ADEN - Sepekan setelah mendeklarasikan status darurat di Aden, Southern Transitional Council (STC) menggempur kota pelabuhan di Yaman tersebut. Minggu (28/1) pasukan STC yang biasa disebut sebagai Southern Transitional Force (STF) sukses mengambil alih gedung pemerintahan di Aden. Aksi militer itu mengakibatkan sedikitnya 12 nyawa melayang.

Perdana Menteri (PM) Yaman Ahmed bin Dagher menyebut aksi STC itu sebagai kudeta. ”Aksi militer tersebut merupakan konfrontasi komprehensif yang pada ujungnya hanya akan menguntungkan (pemberontak, Red) Houthi dan Iran,” ungkap politikus 65 tahun itu sebagaimana dilansir Associated Press, Senin (29/1).

BACA JUGA: Makin Ruwet, Boneka Uni Emirat Arab Berbalik Musuhi Yaman

Selain menewaskan 12 orang, bentrokan STF dengan pasukan rezim Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi itu mengakibatkan sekitar 130 orang lainnya terluka. Saat ini hubungan STC dan Houthi tak lagi harmonis.

Dua kubu yang semula bersekutu tersebut kini berlawanan. Sebab, Houthi juga menerima dukungan dari kelompok-kelompok militan radikal Yaman seperti ISIS dan Al Qaeda Jazirah Arab alias AQAP.

BACA JUGA: Jerman Ogah Bantu Saudi Membantai Warga Yaman

Di mata STC, Dagher adalah seorang koruptor. Karena itu, STC mendesak Dagher dan kabinetnya untuk mundur. Menurut Al Jazeera, dalam ultimatumnya, STC juga mendesak Hadi, yang sejak Saleh lengser pada 2011 menjabat sebagai presiden, untuk membubarkan pemerintahan.

Kemarin, melalui Facebook, Dagher mengimbau negara-negara Arab ikut campur tangan. Sekutu Hadi itu ngotot bertahan di pemerintahan dan menampik segala tudingan STC.

BACA JUGA: Saudi Janjikan Bantuan Rp 26 T untuk Yaman

”Konflik ini lahir gara-gara Saudi dan koalisinya. Juga, harapan kami bergantung pada Uni Emirat Arab (UEA),” ungkapnya seperti dikutip BBC. Pekan lalu, secara terbuka, UEA menyatakan dukungan terhadap STC dan rencana di Aden.

Setelah batas waktu ultimatum STC pada Minggu pagi, STF langsung bergerak. Pasukan pendukung Saleh itu menggempur Aden dan berhasil menduduki kompleks pemerintahan.

Reuters melaporkan, saat pertempuran terjadi, pasukan koalisi Saudi dan pasukan UEA yang siaga di Aden tidak ikut turun ke palagan.

Hari itu sebagian besar toko di jalanan utama Aden tutup. Pasukan bersenjata menguasai kota. Fasilitas pertama yang direbut STF adalah pangkalan militer di Distrik Khor Maksar. Dari pangkalan militer di kawasan utara Aden itu, STF menarget kantor-kantor pemerintah di pusat kota.

Saat STF sibuk memukul mundur pasukan pro-Hadi di pusat kota, ratusan warga berkumpul di alun-alun Aden. Mereka memberikan dukungan kepada STF. Unjuk rasa berlangsung damai.

Massa membubarkan diri tak lama setelah Hadi dan STC mencapai kesepakatan gencatan senjata. Mereka kemudian mengimbau pasukan masing-masing untuk berhenti saling serang.

STF yang sudah berhasil menguasai pusat kota dan kompleks pemerintahan pun lantas menghentikan serangan. Atas instruksi Hadi, pasukan pemerintah melakukan hal yang sama. Mereka meninggalkan pusat kota dan kembali ke pangkalan militer. Hingga kemarin (29/1), gencatan senjata masih berlaku. Para saksi mata melaporkan bahwa Aden aman.

Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash menegaskan, dukungan pemerintahannya terhadap STC tidak akan berubah. ”Komitmen kami masih tetap sama. Pada prinsipnya, kami mendukung siapa pun yang didukung koalisi Saudi,” terangnya dalam jumpa pers.

Bagi koalisi Saudi, prioritas keterlibatan mereka di Yaman adalah mencegah berkuasanya pemberontak Houthi yang kini bercokol di Kota Sanaa. (hep/c11/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bom Saudi Bunuh 68 Warga Yaman dalam Sehari


Redaktur : Adil
Reporter : Adil, Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler