Saat Bertemu Satgas Tinombala, Kelompok Mujahidin Indonesia Timur Langsung Tiarap

Kamis, 03 Desember 2020 – 11:39 WIB
Satgas Tinombala melakukan patroli di sekitar perkampungan warga yang menjadi lokasi penyerangan yang diduga dilakukan kelompok teroris MIT Poso pimpinan Ali Kalora di Sigi, Sulteng, Selasa (1/12/2020). ANTARA FOTO/Rahman/wsj.

jpnn.com, JAKARTA - Kondisi geografis kawasan hutan yang ada di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), menjadi tantangan tersendiri bagi Satgas Tinombala dalam memburu kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso pimpinan Ali Kalora.

Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divhumas Polri Brigjen Pol Awi Setiyono, Satgas Tinombala telah berupaya menyisir hutan belantara yang luas tersebut untuk mencari para pelaku pembantaian di Sigi.

BACA JUGA: Apakah Caplin Itu Pak JK? Jawaban Ferdinand Tegas

"Semoga permasalahan geografis alam ini segera bisa diatasi," kata Awi di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Rabu (2/12).

Kelompok teroris MIT Poso pimpinan Ali Kalora terindikasi kuat menjadi pelaku pembantaian satu keluarga di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi pada Jumat (27/11) lalu.

BACA JUGA: Institute Mosintuwu Beberkan Pola Teror Mujahidin Indonesia Timur di Sulteng

Pergerakan kelompok MIT diduga masih berada di antara tiga kabupaten di Sulteng, yakni Sigi, Poso, dan Parigi Moutong atau berada di dalam Taman Nasional Lore Lindu yang membentang dari Sigi hingga Poso.

"Dia (kelompok MIT-red) naik turun gunung," ucap tukas Awi.

BACA JUGA: Rumah Ibunda Mahfud MD Diseruduk, Begini Respons LaNyalla

Berdasarkan keterangan anggota MIT yang ditangkap, jika kelompok ini tiba-tiba melihat anggota ada Satgas Tinombala dari jarak 10 hingga 20 meter, mereka langsung mengambil posisi tiarap.

Hal itu mereka lakukan untuk menghindari kejaran aparat. Pola gerilya seperti ini juga menyulitkan Satgas menemukan mereka, ditambah dengan kondisi hutan dengan pepohonan yang lebat.

Dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka, kata Awi, kelompok MIT Poso kerap turun ke desa untuk meminta bahan makanan dari warga setempat demi bertahan hidup.

"Turun ke desa, meneror masyarakat, meminta makan dan akhirnya mencuri atau merampok dengan kekerasan, termasuk dengan pembunuhan. Kemudian ujung-ujungnya ambil beras," ungkap Awi.

Seperti pembantaian yang terjadi di Lemban Tongoa pada pada Jumat (27/11) lalu yang menewaskan empat warga. Dalam aksi itu, pelaku yang terindikasi kelompok MIT pimpinan Ali Kalora mendatangi rumah warga untuk mengambil beras.

"(Warga) yang kasih (bahan makanan) tidak dianiaya. Namun kemarin ada perlawanan, sehingga yang terjadi demikian (empat warga tewas)," pungkas Awi.(antara/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler