Saat Salat Jumat, Mantan Wakapolda Sumut Sudah tak Terlihat

Senin, 26 Februari 2018 – 00:56 WIB
Suhartutik, istri almarhum mantan Wakapolda Sumut Kombes Pol (Purn) Agus Somad saat pemakaman suaminya, Minggu (25/2). Foto: Bayu Eka Novanta/Radar Malang/JPNN.com

jpnn.com - Jenazah mantan Wakapolda Sumut Kombes (Purn) Agus Samad, 71, dimakamkan, Minggu (25/2).

Suasana haru menyelimuti pemakaman korban yang igelar secara militer di tempat pemakaman umum (TPU) Sumber Sareh, Kelurahan Pisang Candi, Kecamatan Sukun, Malang, Jatim.

BACA JUGA: Eks Wakapolda Tewas, Silet Ada Bercak Darah Masih Misteri

Istri korban, Suhartutik, tampak terpukul. Mengenakan jilbab hitam, dia tampak beberapa kali meneteskan air mata. Bersama kedua anaknya, Timur Dikman, 40, dan Agung, 35 berjalan menuju lokasi dimakamkan Agus.

Upacara pemakaman yang dipimpin langsung oleh Karo Bag Ops Polda Jatim Kombespol Herry Sitompul berakhir sekitar pukul 11.00.

BACA JUGA: Pembunuh Mantan Wakapolda Sumut Orang Dalam? Ada 4 Fakta

“Semua saya serahkan kepada polisi saja, apa yang terjadi kepada bapak kami harus ikhlas,” tutur Timur.

Sementara Suhartatik enggan memberikan keterangan apapun kepada awak media. Dia hanya terdiam saat dimintai keterangan.(

BACA JUGA: Begini Kondisi Jasad Mantan Wakapolda Sumut saat Ditemukan

Sementara, duduk di ruang tamu, Syamsul pun mencoba tegar kepergian Kombespol (Purn) Agus Samad, kerabat yang dikenalnya sejak 1995 itu.

Beberapa kenangan tentang sosok almarhum, yang biasa dia panggil ‘Abah Samad’.

“Sering sekali ke sini selesai setiap selesai salat,” tutur pria 59 tahun ini ketika ditamui Jawa Pos Radar Malang.

Ruangan 3x4 meter itu seolah menjadi saksi bisu antara keduanya. Tempat mereka saling berbagi cerita. Termasuk dalam urusan keluarga.

Diakui Syamsul jika Agus merupakan sosok ayah yang sangat pendiam. Namun, di balik gaya diamnya itu Agus sering menceritakan tentang kedua anaknya. Yakni Timur Dikman, 40, warga Perum Permata Jingga dan Agung, 35, yang berdomisili di Kabupaten Gresik.

Tidak menyangka pertemuan pada Jumat (16/2) itu menjadi obrolan terakhirnya selama 23 tahun kenal dengan korban.

Matanya masih memandangi kursi kayu sepanjang dua meter yang ada di kanannya itu. Menurutnya, Agus selalu mengambil duduk di posisi paling pojok kiri.

Dalam pertemuan terakhir itu, Agus sering meminta maaf kepada Syamsul karena merasa sering merepotkan. Dikarenakan, korban memiliki sifat pendiam, sehingga Syamsul sering mengambil inisiatif untuk mengajak ngobrol lebih dulu. Dan selalu menjadi pembuka obrolan.

“Kalau saya tidak ngomong dulu ya Abah Samad diam terus. Orangnya memang pembawaan seperti itu,” tutur bapak dua anak ini.

Tak hanya sering meminta maaf, kemurungan wajah Agus juga dilihat oleh Syamsul. Seperti ada hal yang disimpan dalam hatinya. Namun sulit untuk diutarakan.

Termasuk salah satunya cerita tentang kedua anaknya. “Yang sering itu tentang anaknya. Karena, beliau ini diam-diam sangat sayang anaknya,” terang pria yang berkemeja batik cokelat itu.

Yakni anak sulungnya lah yang dianggap Syamsul menjadi salah satu bahan obrolan antara korban dengan Syamsul. Porsi membicarakan Timur menurutnya menjadi lebih banyak daripada Agung.

Menurut Syamsul, hal ini menjadi maklum baginya. Sebab, sampai sekarang Timur masih belum punya pekerjaan tetap.

Apalagi, Timur juga memutuskan untuk mengontrak rumah di Perum Permata Jingga bersama istri dan ketiga anaknya.

Syamsul menyadari hal itu memang wajar dipikirkan orang tua. “Sepertinya karena abah itu pengin sama cucu,” jelas Syamsul.

Menurutnya, dalam perbincangan terakhirnya tersebut Agus sempat dibuatkan teh hangat. Dan tidak pernah mengeluhkan hal-hal lain selain urusan masjid atau keluarga. Sedangkan Agung, anak bungsu Agus itu sudah bekerja di sebuah kantor bank di Lamongan.

Syamsul terdiam sejenak. Matanya memandang lurus ke jendela yang ada didepan. Sambil memegangi peci hitam dikepala, tiba-tiba ia spontan mengingat sempat bertemu terakhir dengan korban pada Kamis (22/2) lalu usai salat Maghrib di Masjid Ar-Riyadh.

Namun, ia tidak sempat mengobrol. Dikarenakan kebiasaan tiap Kamis usai salat Maghrib langsung Yasinan. Dan dilanjutkan dengan salat Isyak. Syamsul mengakui ketika memasuki waktu Isyak, ia sudah tidak melihat Abah Samad.

“Ya kami salat jemaah, bareng, tapi beliau nggak melanjutkan sampai Isyak,” ujar Syamsul. Ketika salat Jumat (23/2), Syamsul sudah tidak melihat Agus berada di tempat biasanya ia mencari duduk. Yakni, di saf kedua paling kiri masjid tersebut.

Meskipun jarak rumah korban dengan masjid cukup jauh, yakni sekitar dua kilometer, namun jemaah masjid itu menurutnya akan melaksanakan pembacaan Yasin dan Tahlil secara rutin untuk beliau.

“Ya kami semua sudah saling kenal, beliau sering menjadi donatur pas ada acara di kampung. Jadi semua sudah saling kenal,” pungkas mantan ketua RW ini. (nr1)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Eks Wakapolda Tewas, Anjing Pelacak Berhenti di Parkiran


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler