Sabotase? Pesawat Indonesia ini Jatuh di Malaysia, Padahal Baru Beli

Sabtu, 09 April 2016 – 12:59 WIB
RI-005 di Pangalan Air Danau Singkarak, Sumatera Barat. Ranah Minang merupakan basis kuat Angkatan Udara Indonesia di zaman perang kemerdekaan (1945-1949). Foto: Repro buku Awal Kedirgataraan di Indonesia.

jpnn.com - KOMODOR Muda Udara Halim Perdanakusuma yang sedang berada di Lapangan Terbang Gadut, Sumatera Barat tak pikir panjang lagi.

Di langsung saja menyetujui rencana Muhammad Sidik (Dick) Tamimi.

BACA JUGA: Baru Saja Angkatan Udara Dibentuk, Para Kadetnya Nekat Lakukan Ini...

Dick adalah seorang prajurit Divisi Siliwangi yang bertugas di Singapura. Dia diperbantukan pada Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). 

Kepada Halim, Dick bercerita. Melalui seorang berkebangsaan Burma, bernama Shavage, dirinya dihubungkan dengan H. Keegan.

BACA JUGA: Salut! Inilah Pertempuran Legendaris Angkatan Laut Indonesia

Keegan ini orang Australia yang akan menjual pesawat Avro Anson seharga 12 kg emas murni.

RI-003

BACA JUGA: Adrian B. Lapian…Ini Dia Maestro Sejarawan Maritim Indonesia

Desember 1947, bersama Shavage dan Keegan, Dick Tamimi terbang dengan pesawat Avro Anson dari Kallang Airport, Singapura.

Untuk mengelabui orang-orang di airport, mereka megaku akan ke Songkla, Muangthai. 

"Tujuan sebenarnya adalah Lapangan Terbang Gadut," tulis Irma Hanny Nastoeti Hadi Soewito dkk dalam buku Awal Kedirgantaraan di Indonesia.

Pesawat tinggal landas meninggalkan Kallang. Di langit, mereka belok arah ke Pekanbaru dan akhirnya mendarat di Gadut, Sumatera Barat. 

Halim Perdanakusuma yang sedari tadi menanti, tampak sumringah. Tambah satu lagi pesawat terbang Indonesia. 

Avro Anson seharga 12 kg emas murni itu diberi kode nomor RI-003.

Sabotase?

Kemudi RI-003 dipegang oleh Opsir Udara I, Iswahyudi. Supaya mahir, dia terlebih dahulu latihan menerbangkan RI-003 di langit Minang.

Setelah oke, Iswahyudi bersama Halim Perdanakusuma terbang mengantarkan Keegan, Shavage dan Dick ke Muangthai.

Penerbangan berlangsung baik. Dan selamat mendarat di Songkla.

Di samping mengantarkan tiga orang tersebut, Halim dan Iswahyudi mencari perbekalan senjata.

"Di Bangkok, mereka berdua berhasil mendapatkan tambahan peralatan perang yang sangat dibutuhkan rakyat Indonesia," tulis Irma dkk.

Misi beres. Pada 14 Desember 1947, mereka kembali ke Padang melalui Singapura. 

Namun, apa mau dikata. RI-003 yang baru saja dibeli itu kandas ketika terbang di langit Tanjung Hantu, Murok Perak, Semenanjung Malaya.

Pesawat rusak berat. Wajah awaknya tak dapat dikenali. Dari seragam dan tanda pengenalnya, diketahui bahwa mereka adalah Halim dan Iswahyudi.  

Ada yang bilang, penyebabnya cuaca buruk. Ada juga yang berspekulasi, bahwa kecelakaan udara itu akibat sabotase.

Saat peristiwa itu, Halim Perdanakusuma berusia 25 tahun. Lelaki yang namanya diabdikan jadi nama bandara di Jakarta itu lahir di Sampang, Madura, 18 November 1922. 

Dan Iswahyudi, yang namanya dijadikan nama bandara di Madiun, ketika itu berusia 29 tahun.  Dia lahir di Surabaya, 15 Juli 1918.

Sejurus kemudian, bulan Maret 1948, rakyat Bukittingi, Sumatera Barat membeli pesawat jenis Avro Anson lagi dari W. Palmer. Dan diberi kode registrasi RI-004. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapalnya Diamuk Badai, Nakhoda Legendaris ini Dengar Adzan, Masuk Islam Deh...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler