Sadis! Korban Disiksa Berkali-kali Lalu Dibakar

Sabtu, 07 Maret 2015 – 09:33 WIB
Prarekonstruksi memperlihatkan tersangka Ade Irawan Putra alias Bocet menikam kepala Rudi lelek dengan obeng yang disimpannya di pinggang sebelah kanan. Foto: Riau Pos/JPNN

jpnn.com - PEKANBARU - Sadis! Itulah aksi yang diperlihatkan Ade Irawan Putra alias Bocet (25) dan tiga rekannya saat menghabisi nyawa Rudi Adi alias Lelek (30) dengan cara dibakar pada Sabtu (21/2) lalu.

Olah tempat kejadian perkara (TKP) yang berlangsung Jumat (6/3) siang sekitar pukul 14.00 WIB itu mendapat perhatian masyarakat. Warga langsung mencaci pelaku ketika memperagakan cara ia membunuh.

BACA JUGA: Polisi Temukan Paket Sabu Saat Geledah Rumah Ahok

"Ini pelakunya? Kok tega ya mereka membunuh sesadis itu," ujar Idon, seorang warga sambil memotret wajah tersangka dengan smartphone miliknya saat prarekonstruksi berlangsung dilansir Riau Pos (Grup JPNN.com), Sabtu (7/3).

Pra rekonstruksi siang itu, dimulai saat korban bersama saksi Cindy yang diperagakan oleh orang lain duduk berdua di batu pembatas parit di dalam pekarangan Metro Samping bengkel SI AP tepatnya di belakang kedai MA Enah (simpang Jalan Jenderal Sudirman - Jalan Sam Ratulangi).

BACA JUGA: Memalukan! Simpan Sabu di Bra Istri, Pelakunya Polisi Berpangkat Briptu

Pada saat mereka asyik duduk sambil mengobrol, tiba-tiba datang tersangka Ade Irawan Putra alias Bocet bersama tersangka Budi (masih buron) menggunakan sepeda motor jenis Suzuki Satria FU dan dua rekannya Suprianto alias Gendon (masih buron) serta Hijrah Saputra alias Dait dengan menggunakan motor Honda Beat warna Pink dan langsung memarkirkan motor mereka diparkir dekat bengkel SI AP.

Setelah memarkirkan motor, tersangka Ade Irawan Putra alias Bocet datang menemui korban dan menanyakan keberadaan Roy yang dijawab tidak tahu oleh korban. selanjutnya Bocet mendatangi tiga temannya ditempat ia memarkirkan motor dan meminta mereka untuk stanby dan menunggu sebentar.

BACA JUGA: Maling Motor Babak Belur Gara-Gara Polisi Tidur

Tersangka Bocet kemudian kembali mendatangi dan memanggil korban serta menanyakan kembali keberadaan si Roy yang dijawab, "Saya tidak tahu bang" oleh korban.

Kemudian Bocet mengajak Rudi untuk ikut naik motor dengan tujuan mencari si Roy. Akan tetapi ajakan itu ditolak korban. Korban lalu menanyakan kepada Bocet tentang keberadaan handphone miliknya.

"Ada kamu ambil handphone saya?" kata korban kepada Bocet.

Mendengar itu Bocet menjadi tersinggung. Setelah dijawabnya "tidak ada saya ambil" kemudian Bocet langsung merangkul dan mengapit kepala Rudi dengan tangan kiri. Selanjutnya, korban yang masih terapit dibawa ke belakang bengkel tempel ban. Kemudian dengan tangan kanannya Bocet mengambil obeng yang disimpannya di pinggang sebelah kanan.

Tampa diduga-duga oleh korban, Bocet menikamkan obeng tersebut ke kepala korban sebanyak dua kali. Korban yang sedang terluka itu lalu diseret Bocet ke depan bengkel.

Setibanya di depan bengkel, tersangka Suprianto alias Gendon dan tersangka Budi (keduanya diperagakan orang lain) langsung turun dari motor untuk menghampiri tersangka Bocet dan memukul kepala korban berkali-kali. Sedangkan Bocet pun kembali menikam kepala korban sebanyak dua kali.

Kemudian Hijrah alias Dait yang sebelumnya masih di parkiran datang membawa motor dan memukul pundak korban sambil mengatakan, "Naiklah". Kemudian tersangka Bocet mengancam korban dengan mengatakan, "Kalau mau aman naiklah ke motor".

Korban yang sudah lemah akibat luka tikaman obeng itu oleh Bocet dipaksa untuk menaiki motor Honda Beat. Melihat itu saksi Cindy minta tolong sambil menangis melihat perlakuan pelaku terhadap korban.

Mendengar teriakan Cindy, kemudian Suprianto alias Gendon yang dibonceng Budi mengancam Cindy menggunakan sebilah pisau. Sehingga Cindy hanya terdiam karena ketakutan. Kemudian Bocet meminta Dait membawa korban ke Rumbai melewati Jalan Pasar Wisata dan lurus memasuki Jalan Kota Baru. Setelah itu masuk ke Jalan Perdangan dan jembatan Leighton I.

Setibanya di persimpangan lampu merah Jalan Yos Sudarso. Bocet kemudian meminta Dait membawa korban ke Jalan Paus, Rumbai pesisir ke tempat pemakaman umum. Namun karena situasi orang sedang ramai, Bocet lalu meminta Dait membawa korban ke Jalan Umban Sari masuk ke tanah kosong yang dikelilingi tembok.
     
Setelah tiba di lokasi yang dikelilingi tembok itu, korban disuruh turun sambil tangannya ditarik oleh Bocet. Setelah diturunkan, selanjutnya korban disuruh jongkok di atas tanah. Saat korban terduduk, Bocet langsung meninju pipi kanan korban dan kembali menikam korban dengan obeng di bagian pipi sebelah kanan.

Akibat tusukan itu, korban yang kesakitan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil meminta ampun kepada keempat pelaku. Korban yang sudah tidak berdaya itu kemudian tersungkur dalam posisi terlungkup ke tanah. Tanpa ada rasa kasihan, Bocet untuk keenam kalinya kembali menusuk korban dengan obeng di kepala bagian belakang yang mengakibatkan korban langsung berbalik menelentang akibat menahan sakit.

Selanjutnya tanpa ada rasa kasihan, tersangka Gendon dan Budi ikut menganiayanya dengan menginjak-injak dada dan muka korban. Walaupun korban sudah dianiaya dengan berbagai cara, korban masih saja bernapas.

Budi kemudian meminjam obeng yang dipegang Bocet dan menikam perut korban berkali-kali. Namun tetap saja korban masih hidup. Merasa frustasi membunuh korban, Bocet, Suprianto, Budi kemudian mendatangi Hijrah alias Dait sambil mengatakan

"Ayolah..hajar It. Kalaupun kau tak ikut, kau tetap bermasalah, ini bukan masalah kecil, ini masalah besar," kata mereka kepada Dait.

Mendengar itu, Dait kemudian menginjak-injak dan menghentakkan lututnya ke perut korban yang sedang terlentang di tanah. Setelah melihat korban masih juga bernapas, Gendon mencari sesuatu di sekitar lokasi dan menemukan sebuah kayu bulat dengan panjang sekitar satu meter yang kemudian dipukulkan ke seluruh bagian tubuh korban hingga kayu tersebut patah.

Akibatnya gigi korban menjadi rontok ke tanah dan mengeluarkan suara ngorok. Mulut dan hidung korban pun mengeluarkan darah yang mengenai muka dan baju Gendon.

Melihat korban yang telah sekarat itu, Bocet lalu memanggil rekan-rekannya. (baca juga: Sebelum Tewas Dibunuh dan Dibakar, Penjahat Sadis Ini Minta Diajari Ngaji).

"Kalau Rudi masih hidup dan selamat, dia bisa melaporkan kita. Bagaimana kalau Rudi kita bakar saja untuk menghilangkan jejak," kata Bocet yang langsung disetujui oleh ketiga rekannya itu.

Untuk melakukan niatnya itu, Bocet memberikan uang sebesar Rp10 ribu kepada Budi untuk membeli bensin dan empat batang rokok Surya. Setelah bensin didapat, Bocet lalu menyiramkannya ke seluruh tubuh korban yang sudah berlumuran oleh darah dan masih tampak bernapas.

Kemudian tersangka Gendon langsung menyulutkan api dari mancis miliknya dan membakar tubuh korban yang telah disiram bensin tersebut. Merasa yakin korban tidak akan hidup, selanjutnya keempat pelaku pergi meninggalkan korban dalam keadaan api yang masih menyala.

Kapolresta Pekanbaru Kombes Robert Haryanto Watratan yang menyaksikan lansung proses prarekonstruksi itu mengatakan, dilakukannya pra rekonstruksi itu bertujuan untuk menyinkronkan keterangan saksi-saksi dan para pelaku sesuai dengan hasil penyidikan pihak kepolisian.

"Prarekonstruksi ini dilakukan sebagai pelengkap proses penyidikan yang nantinya akan kita limpahkan ke pihak kejaksaan," ujar Kapolresta.

Dijelaskan Robert, pihaknya akan melakukan rekonstruksi kembali sesuai dengan lokasi yang sebenarnya.

"Ini kan baru pra rekon, nanti kita masih akan melakukan rekonstruksi yang juga disaksikan oleh pihak kejaksaan yang akan menangani kasus ini," tutup Robert yang didampingi Wakapolresta AKBP Sugeng Putut Wicaksono dan Kasat Reskrim Kompol Hariwiyawan Harun.(fit/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Awas! Pelaku Begal Kini Incar Perempuan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler