jpnn.com, PURBALINGGA - Ketua MPR RI sekaligus Bambang Soesatyo melakulan safari politik Temu Tokoh di Empat Kecamatan Purbalingga, Kecamatan Kalimanah, Padamara, Karang Reja, dan Karang Jambu.
Dalam kesempatan itu, pria yang akrab didapa Bamsoet itu menuturkan di tengah modernitas zaman yang ditandai oleh lompatan kemajuan teknologi dan derasnya arus peradaban, tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia bisa mewujud pada beragam paradigma.
BACA JUGA: Di Seminar Internasional, Bamsoet Dorong Peningkatan Hubungan Indonesia-Korsela
Sebagian dari tantangan kebangsaan tersebut mewujud pada degradasi moral generasi muda bangsa, masih adanya ketimpangan sosial ekonomi, tergerusnya nilai-nilai kearifan lokal, serta terpinggirkannya ideologi bangsa.
"Kami dapat merasakan degradasi moral generasi muda bangsa yang mudah terjerat oleh gaya hidup hedonisme, terkontaminasi oleh perilaku seks bebas, dan terjerumus dalam penyalahgunaan Narkoba," ujar Bamsoet seusai bertemu tokoh masyarakat di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Jumat (8/12)
BACA JUGA: Bamsoet Dorong Peningkatan Kerja Sama Bilateral Indonesia-Korea Selatan
Merujuk pada laporan Indonesia Drugs Report 2022, sebagian besar pengguna Narkoba adalah kelompok usia muda dan produktif, yaitu antara 25 sampai 49 tahun.
"Selain sebagai pengguna, pelajar dan pemuda juga terindikasi sebagai pelaku pengedar Narkotika," ungkapnya.
BACA JUGA: Lantik PAW Anggota MPR, Bamsoet Kembali Ingatkan Jaga Persatuan dan Kesatuan
Dari pagi hingga sore hari, Wakil Ketua Umum FKPPI itu bertemu dengan sejumlah tokoh masyarakat di empat kecamatan di Purbalingga.
Adapun tokoh masyarakat itu antara lain Kecamatan Karangreja, Kecamatan Karangjambu, Kecamatan Kalimanah, dan Kecamatan Padamara.
Ketua DPR RI ke-20 itu menyayangkan masih banyaknya generasi muda bangsa yang terlibat dalam berbagai kasus kriminalitas dengan ancaman sanksi hukuman berat.
Lingkungan sekolah tidak lagi menjadi tempat sakral dan dihormati. Justru menjadi arena tawuran yang meresahkan, serta obyek perusakan aksi vandalisme.
"Tantangan kebangsaan selanjutnya adalah ketimpangan sosial ekonomi. Ketimpangan ini tidak akan tampak nyata, jika kita semata-mata hanya merujuk pada indeks rasio gini, yang menurut data BPS pada bulan Maret 2023 tercatat pada kisaran 0,39 atau berada pada klasifikasi sedang, atau bahkan hampir rendah," kata Bamsoet.
Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menerangkan, ketimpangan sosial ekonomi dapat dirasakan relevansinya, ketika tahun ini Majalah Forbes melansir bahwa Indonesia masuk dalam 20 negara yang paling banyak memiliki miliuner.
Namun di sisi lain, masih ada 9,36 persen penduduk Indonesia yang masih hidup dalam garis kemiskinan.
"Jika kami renungkan kembali, angka 9,36 persen tersebut bukanlah angka yang sedikit. Jika tidak disikapi dengan hati-hati, ketimpangan ini akan menjadi bom waktu yang akan mencederai soliditas kebangsaan kami,"
"Kesenjangan ekonomi ini tidak boleh kita abaikan begitu saja, karena jika merujuk pada survei Litbang Kompas, bahwa 19,2 persen aksi radikalisme di Indonesia dipicu oleh faktor ekonomi," pungkas Bamsoet. (jpnn.com)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Buka Kongres II Himperra, Ketua MPR Bamsoet Dorong Pemerataan Pembangunan Rumah Rakyat
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian