Sagu, Bahan Makanan Sehat yang Paling Diincar Saat ini

Sabtu, 29 Oktober 2022 – 18:24 WIB
Ilustrasi sagu. Foto: Kementan

jpnn.com, RIAU - Mi sagu memiliki potensi dan peluang usaha yang besar saat ini.  Selain menjadi makanan khas Kabupaten Meranti, Provinsi Riau, mi sagu juga dijadikan sebagai oleh-oleh khas daerah tersebut.

Bahan baku untuk membuat mi sagu mudah didapatkan warga setempat.

BACA JUGA: Airlangga Hingga Sri Mulyani Cicipi Mi Sagu Asli Indonesia

"Ini menjadi alasan kami mengembangkan usaha mi sagu. Oleh karena itu, butuh terus dukungan dari pemerintah, menggalakkan produk olahan sagu sebagai alternatif tepung terigu sehingga sagu bisa dimaksimalkan untuk sumber pangan nasional. Salah satu olahan sagu yang mudah dipasarkan adalah mi sagu," ujar Henny, pengusaha mi sagu KUBE Rumbia Lestari yang berbagi kisahnya dalam mengembangkan produk turunan sagu bersama Tim Ditjen Perkebunan Kementan.

Henny mulai mengembangkan usaha sagu mi, pada 2018 dengan beranggotakan 5 orang. Dia tak menyangka respons masyarakat sangat tinggi.

BACA JUGA: Sajian Makanan Olahan Sagu Pecahkan Rekor Muri, NFA Dorong Pangan Lokal Gantikan Gandum

“Salah satu upaya yang kami lakukan untuk mengembangkan usaha mi sagu ini, promosi melalui media sosial dan mengikuti berbagai event atau pameran yang diadakan pemerintah ataupun swasta,” tuturnya.

“Penjualan mie sagu (basah) kami saat ini masih di dalam daerah, dijual dengan harga Rp.3.500 per bungkus dengan berat 350 gr,” sambungnya.

BACA JUGA: Pangan Lokal Sorgum dan Sagu Bisa Menyelamatkan Indonesia dari Ketergantungan Impor

Henny menambahkan saat ini kesadaran masyarakat akan makanan sehat makin tinggi sehingga dia ingin ikut membantu menyediakan bahan baku seperti sagu.

Menurutnya, ini juga peluang bisnis yang besar dan akan sangat menguntungkan.

“Harapan saya, mari bersama bersinergi, antara petani pengolah sagu, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, agar harga bahan baku bisa stabil dan sesuai, serta harga jual sagu mie bisa berkompetisi dengan mie instan lainnya,” tutur Henny.

Pengusaha mi sagu lainnya ialah Kelompok Tani Rimbo Bujang. Beranggota 25 orang, sejak 2016 hingga kini, kelompok tani itu terus konsisten mengembangkan sagu.

Praptini, Ketua Kelompok Tani Rimbo Bujang, dan pemilik Toko Sagu Kite mengatakan mi sagu lebih aman dikonsumsi dalam jangka panjang karena tidak menggunakan bahan pengawet dan kandungan glikemiknya cukup rendah.

“Kami gencar sosialisasi di media online maupun di toko-toko atau agen penjualan online, melakukan kerja sama dengan dinas pangan dan terkait setempat untuk ikut program-program promosi pangan sehat serta membagikan sample (tester) maupun leaflet atau brosur pada event-event tersebut. Saat ini pasar terbanyak baru untuk dalam negeri, tetapi beberapa waktu lalu juga sempat tembus ke pasar luar negeri di antaranya Jepang, Belanda, meski jumlahnya belum banyak karena baru taraf promosi pengenalan,” ujarnya.

Praptini menjelaskan harga mi siap saji miliknya untuk dalam negeri rata-rata dibanderol harga Rp. 16.000,- hingga Rp. 18.000,- belum ongkir (Perangkau Meranti-Riau), sedangkan untuk ekspor di harga rata-rata Rp. 25.000,-.

Untuk mie sagu yang diolah lagi dipatok seharga Rp. 8.000,- (500 gr) sampai Rp. 10.000,-, yang mana baru untuk memenuhi pasar dalam negeri karena tidak menggunakan bahan pengawet.

Mi sagu setengah jadi (bukan mi instan siap seduh) rata-rata dibuat oleh kelompok tani di bawah pembinaan Dinas UMKM dan Dinas Pertanian.

Pada kesempatan yang berbeda, Andi Nur Alam Syah, Dirjen Perkebunan, Kementan mengatakan pemerintah hadir membantu petani dan pelaku usaha perkebunan melalui pembinaan.

Selain itu, pemerintah terus mendorong peningkatan nilai tambah produk, dan berinovasi untuk pengembangannya.

Potensi sagu Indonesia yang besar ini bisa menjadi solusi atau menjawab tantangan krisis pangan dunia.

Dalam pengembangan sagu harus memberdayakan petani lokal dan memerhatikan positioning serta memperbaiki kemasan produk agar bisa bersaing di pasar domestik dan internasional.

"Tidak kalah penting, perlunya penguatan pasar melalui e-commerce serta pengembangan produk turunannya dengan varian rasa olahannya. Diharapkan ke depannya bisa dikembangkan secara luas, dengan dukungan anggaran yang lebih memadai dan melibatkan banyak stakeholders agar produk sagu Indonesia makin dikenal dunia dan petani Indonesia sejahtera," ujar Andi Nur. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler