jpnn.com - JAKARTA—Indonesia memiliki areal sagu terluas di dunia. Para ahli mengharapkan komoditas tersebut menjadi senjata untuk memenuhi komitmen ketahanan pangan Indonesia.
Menurut Hasyim Bintoro, pakar sagu dari Institut Pertanian Bogor (IPB), luas areal sagu di Indonesia 5,5 juta hektare dari total 6,5 juta hektar area sagu dunia.
BACA JUGA: 5 Bulan, Total Kredit Rp 32 Triliun
Selain itu, sagu merupakan tanaman penghasil karbohidrat potensial yang memiliki nilai gizi tidak kalah dengan sumber pangan lainnya.
"Tingkat produksi sagu lebih tinggi dibanding sumber pangan lainnya, seharusnya sagu menjadi prioritas utama pemerintah untuk memenuhi komitmennya akan ketahanan pangan nasional. Jangan hanya fokus pada beras, jagung, kedelai, dan singkong," ujar Hasyim, Rabu (25/5).
Dari pengamatan Hasyim, saat ini pengembangan sumber karbohidrat seperti padi dan jagung masih terkendala pada masalah luasan lahan yang semakin sempit terutama Pulau Jawa yang lahannya banyak beralih fungsi.
BACA JUGA: Jagoan Baru Mercedes-Benz Dirakit di Jabar
Sementara itu, sagu banyak tumbuh secara alami di hutan yang tersebar dari pesisir timur hingga hingga barat Indonesia. Dalam pengusahaannya pun sagu sangat ekonomis karena tidak ada peremajaan dan hanya membutuhkan perhatian minim dalam proses pemeliharaanya. Karena tanpa dipelihara pun, pohon sagu tetap mampu menghasilkan pati sagu yang tinggi.
"Sebuah studi yang dilakukan sekelompok mahasiswa IPB dan Jepang membuktikan bahwa dengan ataupun tanpa dipupuk, sagu tetap bisa menghasilkan pati sagu. Selain itu, karena populasinya yang tinggi, serangan hama dan penyakit tanaman tidak akan merugikan tanaman sagu," paparnya.
BACA JUGA: Ini Tujuh Pengembang yang Akan Jual Listriknya Kepada PLN
Pati sagu menurut Hasyim, memiliki kandungan gizi tidak kalah bahkan lebih baik dibandingkan bahan pangan lainnya seperti beras, jagung, singkong maupun gandum. Kadar serat dalam pati sagu sangatlah tinggi sehingga bisa memberikan rasa kenyang lebih lama.
Selain itu pati sagu juga baik bagi penderita diabetes, karena indeks glikemiknya yang rendah. Pati sagu juga tidak mengandung glutein, sehingga berpotensi sebagai pengganti gandum. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Semen Baturaja Dapat Kucuran Rp 1,5 Triliun
Redaktur : Tim Redaksi