Saham Astra Terus Tergerus

Senin, 07 Februari 2011 – 23:09 WIB
JAKARTA - Saham PT Astra International Tbk (ASII) terus tergerusSalah satu emiten dengan kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu saat ini berada di level 48.700, belum sanggup untuk kembali ke posisi awal tahun di level 54.400 karena tren koreksi sepanjang Januari dan awal Februari ini.

Pada penutupan akhir pekan lalu (Jumat), saham ASII memang berhasil rebound Rp 350 (0,72 persen) ke level Rp 48.700 per lembar saham

BACA JUGA: Pasar Butuh Trigger Anyar

Frekuensi perdagangannya mencapai 1800 kali pada hari itu dengan volume 3.809.500 senilai Rp 183.926.125.000.

Meski begitu, sepanjang sepekan itu dominasinya adalah penurunan
Pada penutupan perdagangan Senin (31/01) Astra terkoreksi Rp 2450 ke level Rp 49.900 dilanjutkan hari berikutnya terkoreksi Rp 300 ke level 48.600 dan akhirnya turun lagi 250 ke Rp 48.350 pada Rabu (02/02) atau sehari sebelum libur Imlek.

Vice President PT Erdhika Elit Sekuritas, Muhammad Reza, mengatakan secara umum saham ASII memang masih potensial

BACA JUGA: Garuda Pakai Kode GIAA

Hanya saja, belakangan ini berkolerasi dengan kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang juga mengalami tren penurunan
"Karena kapitalisasinya besar maka cukup kuat untuk pengaruhi indeks dan begitu juga sebaliknya

BACA JUGA: BTN Dipilih Sebagai Pelaksana Tabungan Perumnas

Berkolerasi," ujarnya kepada Jawa Pos, kemarin (6/2).

Secara fundamental, kata Reza, isu yang bisa 'menggoyang' Astra saat ini adalah pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan pemberlakuan pajak baru bagi kendaraanHal tersebut disinyalir akan berpengaruh pada kinerja sektor otomotif yang notabene merupakan tulang punggung Astra, juga Astra Daihatsu Motor, Toyota Astra Motor, dan Astra Honda Motor, Isuzu, Nissan Diesel, dan Peugeot.

Ditambah lagi dengan kenaikan Suku Bunga Acuan (BI Rate) yang biasanya mendorong pada peningkatan bunga bank atau dalam hal ini bunga kredit kepemilikan kendaraan"Tapi sekarang kan belum (naik)Apalagi tingkat bunga untuk pinjaman barang konsumtif kita masih tinggiMenurut saya, suplai untuk orang beli mobil dengan adanya pembatasan BBM bersubsidi juga masih tinggiWalaupun mungkin ada perpindahan tren ke mobil diesel dan mobil dengan kapasitas kecil," ulasnya.

Reza mengatakan, meski sector otomotif berperan kuat dalam kinerja Astra, jangan lupa juga bahwa ada sector lain yang menjadi andalan perseroan; Perbankan, Multifinance, perkebunan, alat berat, dan teknologi informasi"Saya kira kinerja Astra masih akan bagus apalagi bagi-bagi dividennya kan cukup besar," ucapnya.

Belakangan ini, Reza mensinyalir pergerakan Astra memang seperti 'dipermainkan' asing yang bernegosiasi agar BI Rate ditingkatkan"Astra kan (pemilik sahamnya) sebagian besar pemain institusiYang jual beli Astra kebanyakan asing dan pemain besarItu dijadikan celah untuk turun naiknya indeksKelihatan dari pergerakannya belakangan ini," paparnya.

Saat ini, menurut Reza, dengan kenaikan BI Rate semestinya jadi poin positif bagi Astra dan para investor asing untuk kembali lagi ke marketTerlebih sudah ada sinyal baru bahwa BI Rate bisa menyentuh angka 7 persen.

Data dari analisa dari PT Valbury Asia Securities, menyebutkan bahwa sampai akhir tahun 2011 saham ASII bisa menembus Rp 63 ribu per lembar atau kenaikan sekitar 31,8 persen dari penutupan 2010 di level Rp 54.400.

Analis Valbury, Budi Rustanto, dalam risetnya mengatakan bahwa kinerja Astra akan didukung tingginya penjualan otomotif yang ada di bawah naungan perseroan yang mendominasi penjualan kendaraan di Indonesia.

Budi mengatakan, belanja modal (capex) perseroan dan anak usaha juga sangat menjanjikanAstra menganggarkan capex USD 900 juta untuk keperluan sejumlah anak usaha pada bisnis pertambangan dan perkebunan.

Anak usaha, PT United Tractors Tbk (UNTR) menganggarkan belanja modal sebesar USD 400 juta dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menyiapkan USD 150 juta untuk meningkatkan perkebunan sawitSementara PT Toyota Astra Motor (TAM) mengumumkan anggaran Rp 1 triliun untuk menambah jaringan penjualan dan riset pengembangan produk baru.

Astra juga masih memiliki dana cadangan yang bisa dipergunakan kapanpun dari 22 bank yang sudah ditandatangani belum lama ini senilai Rp 1,5 triliun dan USD 200 juta dengan jangka waktu 3 tahun(gen/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertamina Cemaskan Harga Pertamax


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler