Said Abdullah: Perlu Skenario Terburuk jika Pandemi Covid-19 Berlangsung Lama

Senin, 12 Juli 2021 – 11:58 WIB
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI MH Said Abdullah. Foto: Humas DPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI MH Said Abdullah meminta pemerintah menyusun worst case scenario atau skenario terburuk bilamana kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat  (PPKM) tidak cukup efektif menekan tingkat positif harian covid-19.

Meski demikian, diakuinya worst case scenario membutuhkan dukungan anggaran sangat besar sehingga berkonsekuensi pada perubahan arah kebijakan dan sasaran dari postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 dan Rencana APBN 2022.

BACA JUGA: Ini Perincian Perubahan Asumsi Makro 2022 yang Disepakati Pemerintah dan Banggar DPR

“Mencermati keadaan dunia dan dalam negeri kita akibat covid-19 dengan tingkat uncertainty tinggi, dan bila tidak terkelola dengan cukup baik maka akan berdampak luas terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan kesehatan rakyat. Dan bila keadaan seperti ini berlangsung lama maka akan berkonsekuensi mendalam terhadap APBN kita,” ujar Said di Jakarta, Senin (12/7).

Sejauh ini, menurut Said skenario APBN di tahun 2021 dan 2022 adalah skenario pemulihan segala hal, terutama sosial, ekonomi, dan kesehatan.

BACA JUGA: Utang Pemerintah Meningkat, Said Abdullah Minta Masyarakat tidak Panik 

Namun demikian, APBN belum memitigasi skenario gelombang demi gelombang dan pandemi berlangsung lebih lama.

“Minggu lalu saya telah menyarankan pemerintah untuk mulai melakukan refocusing anggaran. Akan tetapi melihat situasi dan potensi resiko yang ada, selain refocusing, pemerintah perlu melakukan kebijakan kebijakan lebih jauh yang komprehensif,” tuturnya.

BACA JUGA: KADIN Bantu Pemerintah Dalam Pemulihan Kesehatan Akibat Pandemi Covid-19

Menurut politikus senior PDI Perjuangan ini, jika harus membuat kebijakan-kebijakan lanjutan, yang berdampak luas baik ekonomi, sosial dan kesehatan, termasuk dalam pelaksanaan worst case scenario maka pemerintah harus menjalin komunikasi dengan banyak pihak.

Termasuk dengan para pelaku bisnis dan keuangan, dengan persiapan waktu komunikasi yang cukup.

Langkah ini penting guna mengantisipasi guncangan pada bisnis dan pasar keuangan yang sejauh ini masih berjalan dengan sehat.

“Saya mendukung penuh langkah pemerintah, khususnya persetujuan anggaran terkait pelaksanaan segala daya upaya dalam penanggulangan covid-19, termasuk bila dalam pelaksanaan worst case scenario tersebut harus membutuhkan dukungan pembiayaan. Misalnya seperti penerbitan surat utang negara karena dampak turunnya penerimaan perpajakan,” ujar Said.

Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Perekonomian ini menegaskan perang total terhadap covid19 ini harus terus dilakukan.

Apalagi, pandemi Covi-19 setahun lebih mendera negeri ini dengan dampaknya yang begitu luas terhadap segenap umat manusia di planet bumi ini.

Tercatat sebanyak 170 negara mengalami kontraksi ekonomi, 44 negara diantaranya berlanjut dengan resesi panjang.

Sementara beberapa negara diantaranya kontraksi ekonominya begitu dalam.

“Kita tidak menyangka kawasan Eropa yang selama ini penuh kemakmuran, layanan kesehatan yang sangat memadai, namun beberapa negara seperti Italia, Spanyol, dan Inggris dibuat limbung akibat pandemi,” urainya.

Hingga saat ini, dunia masih menghadapi bayang bayang akan penyebaran virus corona varian Varian Peru.

Sejauh ini para peneliti mengidentifikasi Varian Lambda ini memiliki tingkat infeksius yang sangat tinggi, termasuk kemampuannya mengelabui serangan imun tubuh.

Varian inilah yang sekarang menyerang sebagian besar di kawasan Amerika Latin.

Untuk itu, Said meminta pemerintah harus mulai mengerahkan sumber daya yang ada, termasuk kerja sama internasional dalam penanganan covid-19 di tanah air.

Selama ini, kerja sama internasional memang telah terbangun, khususnya dalam pemberian vaksin, dan obat serta pertukaran informasi tentang segala hal terkait covid-19.

Namun keadaan ditanah air seiring meningkatnya gelombang kedua covid19 membutuhkan banyak sumber daya.

Sekadar contoh, pengambilan spesimen virus harian saja kita belum menyentuh jutaan specimen, masih sekitar 200 an ribu per hari.

Padahal pengambilan spesimen yang banyak dan memenuhi standar epidemiologi akan menghasilkan data akurat terhadap objektifnya rakyat yang terkena covid19.

Langkah ini sekaligus akan memperkuat kerja tracing, dan penyusunan kebijakan kebijakan lanjutan, termasuk prediksi berakhirnya gelombang kedua dan masuknya varian varian baru seperti varian Lambda.

“Oleh sebab itu mobilisasi sumber daya baik nasional maupun internasional untuk segala kebutuhan penopang pencegahan dan penanganan covid-19 harus mulai dilakukan,” terangnya.

Dalam upaya segenap kekuatan nasional untuk penanganan covid-19 di tanah air, Said mendukung penuh langkah pemerintah melakukan penegakan hukum pro justicia terhadap para spekulan, baik di sektor riil maupun keuangan yang menimbulkan panic buying dan selling.

Kegiatan spekulasi itu sungguh merusak dan bahkan menghancurkan sendi ekonomi masyarakat yang sedang susah.

“Oleh karena itu, hukum mereka seberat-beratnya,” pungkas Said Abdullah.(fri/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler