Saif al Islam, Penerus Kegarangan Muammar Kadhafi

Telanjur Dianggap Demokratis, Malah Warisi Sifat Diktator

Minggu, 27 Februari 2011 – 12:42 WIB
Saif al-Islam. Foto : REUTERS

Tekanan bertubi-tubi yang datang kepada Muammar Kadhafi tak membuat semangatnya surutPutranya, Saif al-Islam, menjadi sosok populer setelah menjadi juru bicara dadakan ayahnya

BACA JUGA: Pasca-Kadhafi Diprediksi Bakal Kacau Balau

Pernyataannya yang disiarkan melalui televisi lokal tak kalah garang dari sang ayah.

===========================

MINGGU lalu (21/2), Saif al-Islam muncul di televisi dan mengancam para demonstran bahwa mereka akan menghadapi lautan darah jika tidak membubarkan diri
Pernyataan tersebut langsung mengejutkan para koleganya di Inggris

BACA JUGA: Fakta Lain Tentang Kadhafi

Khususnya para pengajar dan mahasiswa di London School of Economics (LSE) tempat dirinya mendapat gelar PhD.
 
Dua tahun lalu, saat menjadi pembicara tamu di LSE, pria 38 tahun itu telanjur dianggap sosok yang demokratis
Setelah menyumbangkan GBP 1,5 juta kepada universitas untuk membiayai program Global Governance Unit, dia diperkenalkan kepada audiensi saat itu oleh Profesor David Held

BACA JUGA: Pengalaman Dua Kali Bertemu Khadafi



"Saya mengenal Saif sebagai sosok yang melihat demokrasi, masyarakat madani, dan nilai-nilai liberalisme yang mendalam sebagai inti inspirasinya," ujar Held saat itu.

Namun, Saif Kadhafi tak mampu menyembunyikan mimik wajahnya yang gugup saat menyampaikan pidato tentang demokrasi di Libya"Secara teori, Libya adalah negara paling demokratis di dunia," ujarnya di depan audiensi yang hampir semua tertawa sebelum dia buru-buru merevisi ucapannya"Secara teori, secara teori," kilahnya saat itu

Dua tahun kemudian, Prof Held mengaku terperanjat atas pernyataan Saif di televisi Senin laluMahasiswa LSE langsung menduduki kampus memprotes keterkaitan pihak rektorat dengan SaifSaat ini, LSE harus menanggung malu karena pernah menerima donasi dari SaifPihak kampus kemudian menyatakan telah menolak bantuan dari Saif itu

Yang lebih memalukan, pihak universitas dipaksa menginvestigasi dugaan plagiat disertasi PhD milik SaifIronisnya, judul tesisnya, Peran Masyarakat Madani dalam Demokratisasi Institusi Pemerintahan, tidak ditemukan lagi.

Namun, dosen penguji Saif, ekonom ternama Lord Desai, menyatakan bahwa Saif telah mendapat gelar PhD tersebut sesuai prosedurDia juga menegaskan bahwa LSE berhak menerima sumbangan dari putra kedua Kadhafi dengan istri keduanya, Safia Farkash, tersebut.

Satu hal yang disesalkan Lord Desai adalah muridnya itu gagal mempelajari demokrasi"Saya baca tesisnyaSaya perhatikan dia bersama para penguji yang lainDia mempertahankan tesisnya dengan begitu ngototTidak ada orang lain yang hadir di sanaJadi, tidak alasan untuk berpikir bahwa dia tidak mengerjakan sendiri tesisnya," tegasnya.
 
"Ini sudah keterlaluanOrang ini sudah cukup jahatTak perlu lagi Anda menambahkan status plagiat kepada dia," katanya
 
Saif disebut-sebut sosok yang dipersiapkan untuk menggantikan posisi KadhafiKarena itu, dia mendapat prioritas di bidang pendidikan layak
 
Sejumlah diplomat juga memperhatikan adanya persaingan yang intensif di antara putra KadhafiSebab, sang ayah tak juga memberikan isyarat siapa yang akan ditunjuk sebagai penggantinya
 
Kadhafi mempunyai delapan anak biologisTujuh di antaranya laki-lakiSelain itu, ada dua anak angkatHampir semua di antara mereka dekat dengan kekuasaan diktator yang dipimpin ayahnya.
 
Rabu lalu, otoritas Lebanon menyatakan bahwa istri putra Kadhafi lainnya, Hanibal Kadhafi, meminta izin untuk mendaratkan jet pribadinyaNamun, otoritas lokal menolakPesawat tersebut berisi Aline Skaff, istri Hanibal, dan beberapa anggota keluarga Kadhafi lainnyaSumber tersebut tidak menjelaskan apakah mereka akan meminta suaka atau hanya ingin bepergian(cak/c5/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kadhafi Diprediksi Bakal Bunuh Diri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler