jpnn.com, JAKARTA - Kewajiban penggunaan produk lokal pada proyek properti dan konstruksi di bawah kementerian PUPR, dapat dijadikan peluang bagi para pelaku usaha, khususnya di sektor industri baja ringan nasional.
Dengan belanja produk dalam negeri dan menekan impor, pemulihan ekonomi nasional diharapkan dapat dipercepat.
BACA JUGA: Strategi Pelaku Usaha Baja Ringan Agar Bertahan di Masa Pandemi Â
Stephanus Koeswandi, Vice President Tatalogam Group menilai, hal tersebut bisa menekan ancaman gelombang PHK terhadap para pekerja di sektor baja.
Menurutnya, bukan hal mudah untuk bertahan di masa sulit seperti sekarang ini. Karenanya, selain dukungan pemerintah, para pelaku usaha juga harus melakukan inovasi-inovasi baru agar dapat bersaing dengan produk impor sehingga utilitas produksi meningkat.
BACA JUGA: Tatalogam Optimistis Penuhi Kebutuhan Baja Dalam Negeri
“Jaminan kualitas produk yang sudah mengantongi sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) serta peningkatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam setiap proyek infrastruktur diharapkan mampu menghalau penggunaan baja impor,” kata Stephanus, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/1).
Sebagai salah satu produsen nasional baja lapis aluminium seng dengan merek dagang Nexalume dan rangka atap baja ringan dengan merek dagang Taso dan Sakura Roof, Tatalogam Group menyadari betul pentingnya hal itu.
BACA JUGA: Kemenperin Lepas Ekspor 2.000 Ton Baja Ringan ke 3 Negara
Bahkan untuk menciptakan produk lokal yang berkelanjutan, produk baja lapis aluminium seng Nexalume yang diproduksi PT Tata Metal Lestari, kini telah mengantongi sertifikat Green Label Indonesia dengan Level Gold dari Green Product Council Indonesia (GPCI).
“Green label pada dasarnya memang salah satu kebijakan negara untuk menumbuhkan industri yang berbasis ramah lingkungan, support dalam pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan,” ujar Stephanus.
Hingga kini, lanjut Stephanus, pihaknya masih terus berupaya ikut bergerak mewujudkan tujuan Sustainable Development Goal (SDGs) ke 12, yaitu produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
“Kami juga terus berupaya untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan dan mengedukasi masyarakat untuk menggunakan produk ramah lingkungan,” ungkapnya. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh