Strategi Pelaku Usaha Baja Ringan Agar Bertahan di Masa Pandemi  

Jumat, 27 November 2020 – 18:36 WIB
Nicolas Kesuma, Direktur Marketing PT Alsu Suksesindo. Foto: dok. pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Bisnis properti kini mulai bangkit setelah menerima pukulan telak akibat pandemi Covid-19. Memasuki masa new normal, aktivitas bisnis properti sudah mulai berjalan.

Meski begitu, para pelaku usaha konstruksi yang di dalamnya harus tetap jeli melihat peluang. Seperti diungkap Nicolas Kesuma, Direktur Marketing PT Alsun Suksesindo.

BACA JUGA: Kemenperin Lepas Ekspor 2.000 Ton Baja Ringan ke 3 Negara

“Strategi mengatasi pandemi yang pertama adalah melihat dan menganalisa costing. Usahakan semua linier bisnis itu jangan sampai ada costing berlebihan,” kata Nicolas, usai menerima penghargaan di ajang Housing Estate Award 2020 di Tangerang Selatan, baru-baru ini.

“Kemudian yang kedua, karena pandemi cukup panjang sementara vaksin baru akan dijalankan akhir tahun, jadi 2021 itu kami mengharapkan rebound. Kemudian yang terakhir, adalah dengan melihat porsi pasar medical yang lebih besar,” sambungnya.

BACA JUGA: Pandemi Jadi Penyebab Anjloknya Kinerja Sektor Konstruksi? Begini Kata Pengamat

Ia menerangkan, saat ini atensi pemerintah lebih besar pada penanganan kesehatan. Pembangunan tempat isolasi dan observasi pasien Covid-19.

Karena itu, semua produk yang berkaitan dengan bangunan diharapkan bisa melihat hal itu sebagai sebuah peluang baru.

BACA JUGA: Strategi Memperkuat Industri Baja Nasional di Tengah Pandemi

“Kami melihat growth atau pertumbuhan di sisi medical itu cukup tinggi. Rangka atap baja ringan tidak hanya digunakan di perumahan. Kami lihat Rumah Sakit Pulau Galang (RS Covid-19), RS Adam Malik itu pun menggunakan rangka atap baja ringan kami. Jadi bagaimana strategi kami bisa melebarkan sayap ke segmen lain salah satunya seperti itu. Jadi tidak hanya menutup diri di properti saja,” jelasnya lagi.

Pria yang karib disapa Nico ini mengakui, beberapa divisi di perusahaannya selama pandemi memang mengalami penurunan. Kondisi tersebut baru mulai rebound di kuartal ke tiga tahun ini.

Namun selama pandemi, divisi medical terlihat melonjak tajam. Produk sandwich panel anti bacterial yang diproduksi mereka bahkan naik sampai 200 persen.

“Kelebihan produk kami yang pertama lapisan sandwich panel atau baja ringannya itu sudah dilapisi coating anti bacterial. Jadi untuk virus covid-19 pencegahannya itu jauh lebih minim,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan bahwa pihaknya baru saja menyelesaikan proyek minggu lalu, yaitu ruang negative pressure yang dibangun bekerja sama dengan FKG, Rumah Sakit Gigi dan Mulut universitas Trisakti.

“Itu adalah rumah sakit pendidikan pertama di Indonesia menggunakan fasilitas negative pressure.” terangnya lagi.

Nico menjelaskan, ruang negative pressure atau ruang bertekanan negative adalah ruang di mana aerosol yang terbentuk pada saat tindakan pelayanan gigi akan diserap dan berganti dengan udara bersih. Sehingga risiko penyebaran virus COVID-19 akan dapat diminimalisir.

Selain itu, udara yang berasal dari ruangan akan disaring dengan HEPA filter berulang kali, sehingga udara yang keluar akan sangat aman dan tidak akan menyebar dan mencemarkan lingkungan luar gedung. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler