Sakun Sudah 25 Kali Melarung Sesaji ke Tengah Telaga

Selasa, 03 Oktober 2017 – 00:05 WIB
Sakun (kaus hitam mengacungkan ibu jari) usai membantu proses larungan di Telaga Ngebel. Foto: Asta Yanuar/Radar Ponorogo/JPNN.com

jpnn.com - Sakun, 54, merupakan pria yang selalu menjadi andalan dalam prosesi larung sesaji di Telaga Ngebel, Ponorogo, Jatim. Dia punya peran penting sejak prosesi larungan mulai diadakan pertama kali sekitar 1992 silam.

LATIFUL HABIBI, Ponorogo

BACA JUGA: Monumen Kresek, Kiai Husein Dipaksa Jongkok, Dihabisi PKI

UDARA dingin di kawasan Telaga Ngebel, MInggu (1/10) kian terasa. Karena teriknya sinar matahari tertutup mendung.

Kondisi itu tak hanya membuat nyaman wisatawan yang sedang menikmati keindahan kawasan telaga. Tapi juga warga setempat untuk menikmati istirahat siang.

BACA JUGA: Eks KKO: Ada Sayatan Melingkar di Leher Jenderal Ahmad Yani

Termasuk Sakun, salah seorang warga Dusun Nglingi, Desa/Kecamatan Ngebel. Dia tengah terlelap saat Jawa Pos Radar Ponorogo mendatangi rumahnya.

Sakun adalah sosok penting dalam prosesi larung sesaji yang digelar rutin setiap Suro di Telaga Ngebel.

BACA JUGA: Pungli di Penjara, Sel Nyaman Rp 7 Juta, Bilik Asmara Sejuta

Sakun adalah satu-satunya orang yang dipercaya mengantarkan gunungan sesaji ke tengah telaga.

Ditemui di rumahnya, Sakun menceritakan awal dia dipercaya menjadi perenang dalam prosesi larungan.

‘’Kalau nggak salah tahun 1992. Saat ada pembagian tugas, saya kebagian yang mendorong sesaji ke tengah telaga,’’ kata Sakun mengawali cerita.

Memang tidak salah jika dia dipilih untuk tugas itu. Sebab, laki-laki yang kini sudah berusia 54 tahun ini memang sejak kecil sudah terbiasa mandi di telaga.

Saat itu mulai banyak yang tahu kemampuannya menyelam dan berenang di telaga. Dari situ Sakun sering dimintai bantuan terutama setiap ada peristiwa bencana misalnya orang tenggelam.

Saking seringnya, Sakun mengaku sampai diikutkan pendidikan satgas bencana alam dari Dinsos Ponorogo kala itu.

Kebetulan pada 1992 silam, Kecamatan Ngebel bersama masyarakat berencana mengadakan ritual larungan ke telaga. Setiap 1 Suro. Lalu oleh Camat Ngebel waktu itu, Sakun diminta membantunya.

Dia ditugaskan sebagai perenang mendorong gunungan ke tengah telaga. Jika dihitung hingga sekarang sudah 25 kali melarung sesaji ke tengah telaga.

‘’Sekilas memang mudah. Tapi risikonya besar. Apalagi dilakukan saat tengah malam,’’ tegasnya sembari menyebut salah satu risikonya kaki bisa kram di tengah telaga.

Dalam menjalankan tugasnya, Sakun tidak mendapat bayaran. Tapi, dia diminta untuk mengajukan anggaran kebutuhan. Jika ada sisa, dia bisa mendapat penghasilan.

Tapi, karena kebutuhan larungan sangat besar, lebih sering tak tersisa. Kadang tersisa tapi tak seberapa. Hal itu tidak masalah bagi Sakun. Baginya, tugas melarung sesaji itu dia kerjakan dengan ikhlas.

‘’Saya kalau diminta melarung itu sudah pasrah. Tidak hanya soal imbalan, tapi juga soal risiko yang harus saya terima saat melarung,’’ papar laki-laki yang kini bekerja pada PT PJB ini.

Sakun sudah tidak lagi muda. Beberapa pihak mulai kepikiran mencari pengganti. Meski saat ini Sakun masih cukup kuat, dia diminta mencari penerus yang bisa melarung sesaji ke tengah telaga.

Tapi, bagi Sakun hal itu tidaklah mudah. Karena tidak hanya butuh kemampuan berenang atau menyelam yang baik. Tapi juga harus memahami prosesi ritual larungan.

‘’Memang tidak sembarang orang. Tapi saya yakin nanti pasti ada orang yang bisa menggantikan,’’ ungkapnya.***(irw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemeran Pierre Tendean, Benar-benar Dipopor, Disundut Rokok


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler