jpnn.com - SUBANG - Keberadaan Padepokan Galur Sunda, yang dianggap beraliran sesat, masih menjadi menjadi perbincangan hangat di Subang.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Subang menyerah dan menyatakan tidak sanggup lagi membina padepokan itu. MUI meminta pihak Polsek Subang Kota untuk turun tangan.
BACA JUGA: Wakil Rakyat Gagas Perda Batu Akik
Padepokan itu dikabarkan menikahkan siswanya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Selain itu, ajaran di padepokan itu dinilai menyimpang, seperti salat di jalan, bernyanyi di tengah malam dan lainnya.
Padepokan Galur Sunda kini berada di RW 24, Cilaja, Kecamatan Subang setelah sebelumnya pindah dari Buni Hayu ke Cilaja karena diprotes masyarakat.
BACA JUGA: Ini Lokasi Sejumlah Hotel Melati yang Disukai Pasangan Mesum
Untuk membahas itu, Polsek Kota meggelar pertemuan mediasi dengan mengundang MUI Kecamatan Subang, Babinsa, Intel Kodim, RT, RW, pihak Kecamatan Subang dan tokoh masyarakat di aula di Mapolsek Kota Subang. Namun pihak Padepokan Galur Sunda bersikukuh ajarannya tidak sesat.
Kapolsek Kota Subang Kompol Solikhin mengatakan, kelompok Padepokan Galur Sunda tertutup dan warga sudah resah dengan ajarannya yang terindikasi sesat. Dikhawatirkan masyarakat terprovokasi dan bisa main hakim sendiri karena menilai ajaran padepokan itu tidak pas dengan kaidah-kaidah Islam.
BACA JUGA: Jurus Ridwan Kamil Wujudkan Smart City, Peluk Istri Minimal 20 Detik per Hari
Ketua MUI Kecamatan Subang KH Muhamad Zarkoni mengakui pihaknya sudah melakukan pembinaan terhadap Padepokan Galur Sunda, tapi kegiatannya malah menjadi-jadi.
“Sehingga kami sudah menyerah dan tidak sanggup untuk membina Padepokan Galur Sunda yang kata masyarakat diduga aliran sesat tersebut ke pihak kepolisian. Bagaimana proses dari kepolsian saja, kami pihak MUI sudah menyerah,” kata Zarkoni.
Sementara Ketua RW 24 Cilaja, Edi menambahkan, pihak Padepokan Galur Sunda tidak pernah melaporkan kegiatannya kepada dirinya selaku Ketua RW.
Kegiatan yang dilakukan oleh pihak Padepokan Galur Sunda seperti mengaji, pencak silat, mondar-mandir membawa air, bermain gitar tengah malam dan bernyanyi-nyanyi tengah malam.
“Terus terang saya jadi heran, kenapa tertutup dan kami khawatirkan menganut paham ISIS, ya ada kegiatan pencak silat itu, menutup diri, bernyanyi malem-malem. Jangan sampe warga kami bergejolak untuk mengusir padepokan tersebut. Makanya kami minta kepada pihak kepolisian agar meminta penjelasan terhadap padepokan tersebut, makanya saya hadir dalam acara ini,” tandasnya.
Sedangkan pimpinan Padepokan Galur Sunda Ali Abdul Hajid mengatakan, tidak ada yang salah dengan ajarannya karena sudah sesuai dengan kaidah-kaidah Islam.
Walaupun muridnya memang ada yang salat Jumat di jalan, bernyanyi tengah malam dan juga bermain gitar malam-malam, termasuk juga pencak silat, yang merupakan kegiatan padepokan.
“Saya rasa ajaran saya sah-sah saja, ketika padepokan saya pindahkan dari Bunihayu ke Cilaja karena warga gak berkenan dengan kehadiran kami, makanya pindah ke Cilaja,” katanya.
“Saya gak terima dengan fitnahan-fitnahan, jika ada masyarakat yang memfitnah kami lagi maka kami akan mengkasuskan masalah ini. Jika kami didesak untuk membubarkan diri, lalu pembubaran seperti apa? Ajaran kami gak sesat, cuma berbeda saja,” pungkasnya.(ygo/man/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jurus Wali Kota Bandung Ridwan Kamil Wujudkan Smart City
Redaktur : Tim Redaksi