Catatan KURNIAWAN MUHAMMAD, Johannesburg
SEBENARNYA hari itu saya ingin memanfaatkan fasilitas sebagai musafir, untuk tidak melaksanakan salat Jumat
BACA JUGA: Menikmati Masakan Faieeza
Pagi sekitar pukul 11.00, setelah menulis beberapa berita untuk dikirim ke Surabaya, saya berencana menuju ke Stadion Soccer City di Johannesburg (Joburg), tempat pembukaan Piala Dunia (PD)Semula saya ingin menyaksikan langsung suasana di stadion itu, bagaimana antusiasme para suporter, serta bagaimana pula pihak panitia mempersiapkan segala sesuatunya untuk perhelatan bergengsi kelas dunia itu
BACA JUGA: Di Balik Cerita Waka Waka
Tapi, baru lima menit berada di jalan, mobil yang saya tumpangi terjebak kemacetanBACA JUGA: Tetap Berdiski Meski Seri
Untuk bergerak 500 meter saja, butuh waktu hampir satu jamSementara polisi di sana terlihat kewalahan, bahkan beberapa ada yang hanya duduk-duduk melongo di pinggir jalan.Saat itulah, saya bertanya kepada warga lokal yang akan mengantar saya ke Soccer CitySaya bertanya kepada dia, adakah tempat untuk salat Jumat di sekitar Sandton.
Karena dia bukan muslim, dia tidak tahuTapi, dia punya teman muslim yang saat itu langsung dia teleponDan ternyata di Sandton City (sebuah mal terbesar di Sandton), ada tempat untuk salat JumatHanya saja, dimana persisnya, warga lokal yang mengantar saya tadi tidak memberikan penjelasanDan teman yang dia telepon hanya mengatakan di Sandton City.
Semula saya memang memanfaatkan keringanan sebagai musafir untuk tidak salat JumatPertama, karena saya harus berangkat ke Soccer City seawal mungkin agar tidak berdesak-desakan dengan arus puluhan ribu orang yang akan menyaksikan pembukaan PD 2010Kedua, jika sudah sampai di stadion Soccer City, yang saya tahu, sulit sekali untuk mencari masjid atau musala, atau tempat untuk salat JumatKarena itu, kali ini saya memutuskan untuk tidak salat Jumat.
Tapi ternyata mobil yang saya tumpangi menuju ke Soccer City terjebak kemacetan yang luar biasaMelihat begitu semrawutnya arus lalu-lintas, serta begitu panjangnya mobil yang mengular, saya memperkirakan, kemacetan pasti akan berlangsung berjam-jam lamanyaDan setelah bertanya kesana-kemari, termasuk bertanya melalui telepon ke seorang suporter Bafana Bafana yang saya kenal, diperoleh jawaban bahwa kemacetan itu disebabkan karena menumpuknya arus lalu-lintas menuju ke Soccer CityDan itu, katanya, terjadi sejak pukul 09.00Artinya, ketika saya berangkat ke Soccer City pukul 11.00, itu sudah sangat terlambat.
"Anda seharusnya berangkat lebih pagi ke sana (Soccer City)," kata teman saya dari seberang teleponDia mengatakan, saat saya telepon, dia sudah berada di Soccer CityDaripada tidak ngapa-ngapain di dalam mobil, maka setelah mendapat jawaban bahwa di Sandton City ada tempat untuk salat Jumat, saya pun menuju ke sana dengan berjalan kaki.
Setelah tinggal beberapa hari di Sandton, sedikit banyak saya sudah hafal daerah ituSetelah berjalan sekitar 1 kilometer, saya akhirnya sampai di Sandton City MalSaya bertanya ke petugas di tempat informasi, di mana tempat untuk salat JumatDia menyebut areal parkir di basementSetelah beberapa kali bertanya, akhirnya tempat itu saya temukanDi sana hanya ada tulisan: Muslim Prayer Room, Men.
Tempatnya tidak seberapa luas, hanya bisa menampung maksimal sekitar 100 jamaahSaya lebih layak menyebutnya mushalaSaat tiba di sana, saya agak terlambat, karena sudah mulai salat JumatUsai salat Jumat, saya sempat berbincang dengan Ameer, seorang warga Sandton keturunan IndiaSaya bertanya kepada dia, mengapa yang ikut salat Jumat hanya tiga shaf (sekitar 30-an orang)?
"Ini salat Jumat yang kedua," katanyaDia menjelaskan, di mushala itu, salat Jumat dilaksanakan dua kaliPertama dimulai pukul 12.00, dan yang kedua pukul 13.00"Tapi hari ini dimajukan 30 menit," ujarnya.
Karena ada Piala Dunia? Ameer tak menjawabnya, namun hanya tersenyumSementara, setelah salat Jumat itu, ternyata kemacetan masih juga belum teruraiBaru satu jam kemudian mulai terurai(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Edisi Kedelapan Sang Biarawan
Redaktur : Tim Redaksi